Rabu, 08 September 2010

OBSERVATORIUM BOSSCHA

Ini kali pertama aku mengunjungi tempat peneropongan bintang pertama di Indonesia "BOSSCHA". Salah satu tempat yang paling ingin sekali kukunjungi tersebut terletak di Lembang Jawa Barat tepatnya 15 kilometer arah utara Kota Bandung. Pada kali pertama kunjunganku dalam rangka survey tempat outing pada tanggal 9 April 2010 lalu. Tempatnya sejuk dan sangat terasa sekali hawa masa lalu. Nama Bosscha ini diambil dari nama pendirinya yaitu "Karel Albert Rudolf  Bossca". Meskipun sudah lama beliau meninggal dunia (28 November 1928), banyak masyarakat di sekitarnya yang merasakan kalau Tuan Bosscha masih hidup.


Peneropongan bintang atau observatorium ini diresmikan pada tanggal 1 Januari 1923 oleh Gubernur Jenderal Mr. D. Fock tapi namanya menjadi Observatorium Bosscha barulah ditetapkan lima tahun kemudian setelah Tuan Bosscha meninggal sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya dan dedikasinya membangun observatorium tersebut.
Lembang terpilih menjadi tempat didirikannya observatorium ini karena saat didirikan Lembang berada di luar kota sehingga lokasinya aman dari gangguan cahaya karena berada sekitar 2 km dari jalan raya yang menghubungkan Bandung-Lembang. Namun sayang seribu sayang, saat ini sudah banyak terjadi polusi cahaya di sekitar observatorium tersebut karena banyaknya bermunculan pemukiman penduduk sehingga kita tidak bisa melihat bintang semudah dan secerah dulu. Akibatnya observatorium ini direncanakan untuk dipensiunkan saja dan fungsinya akan segera digantikan oleh observatorium baru yang akan didirikan di daerah Indonesia bagian timur tepatnya di NTT. Wah pasti Tuan Bosscha akan sangat berduka dalam kuburnya melihat apa yang telah dibangunnya dengan bersusah payah hanya  akan menjadi kenangan saja.


Adapun tugas dari Observatorium Bosscha ini adalah untuk memungkinkan kita menyapu bintang-bintang di langit belahan selatan dan utara sehingga sering juga disebut Mutiara di Selatan Khatulistiwa. Teropong yang terdapat di situ salah satunya adalah Teropong Zeiss. Teropong ini dijuluki "mata raksasa" karena memang teropong ini sangat besar. Ada juga perangkat lai yang terdapat di observatorium ini seperti teleskop Bamberg, teleskop Schmidt-Bimasakti, teleskop Goto dan Unitron.

Hal yang paling mencolok dari observatorium ini adalah bangunan bersih dengan atap berbentuk kubah. Kubah ini beratnya sekitar 56 ton dan diameternya 14.5 m. Bagian luarnya terbuat dari baja setebal 2 mm dan di dalamnya atap asbes. Atap tersebut bisa digerakkan dengan daya listrik 1.500 watt dan biasanya baru dibuka ketika kita akan melihat bintang. Lantai yang terdapat dalam bangunan yang berbalut kubah tersebut juga bisa digerakkan untuk disesuaikan saat melihat bintang. Jika kita sedang berada di sekitar daerah pegunungan yang mengelilingi Bandung maka kita dengan mudah akan dapat melihat kubah ini dari kejauhan.

Di bawah ini adalah salah satu fotoku saat mengunjungi Observatorium Bossca. Di belakangku adalah salah satu nisan untuk mengenang Tuan Bosscha. Sayangnya aku baru sempat mengunjungi tempat ini di sore hari.  Semoga suatu hari nanti aku bisa kembali mengunjungi tempat ini di malam hari dan bisa menikmati langit bertaburan bintang (sebelum observatorium ini ditutup). Amin



KH@RICH - BOSSCHA
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar