Senin, 27 Juni 2011

Backpacker ke Yogyakarta

Yuhuuuu.....liburan sekolah kali ini, aku habiskan bersama beberapa teman gilaku. Liburan ala backpaker pertamaku ke Yogyakarta...negeri sultan...negeri gudeg dan negeri nasi kucing ini...sungguh berkesan. Dari Bandung aku berangkat bersama 8 orang teman-temanku yaitu Wienny, Caroline, Claudine, Ofan, Dhila, Laras, Bang Anton dan Mbak Arum.

Menunggu di St. Kiaracondong
Kami berangkat dengan menggunakan KA Ekonomi Kahuripan pukul 20.30 dari Stasiun Kiaracondong dan ternyata suasana di dalam kereta ekonimi sangat berdesak-desakan seperti pasar ikan...ya setara dengan harganya. Kami untungnya memiliki tiket jadi kebagian tempat duduk sedangkan yang lain ada yang duduk dan tidur-tiduran di gang-gang kereta. Suasana panas dan gerah di kereta sudah tidak bisa dihindarkan lagi, banyak penjual yang berlalu lalang kesana kemari dan begitu juga dengan kecoa sehingga jangan harap bisa tidur dengan nyaman. Tapi apa boleh buat namanya juga liburan ala backpacker jadi semuanya harus dinikmati dan dijadikan pengalaman yang mengasyikkan aja.

HARI 1 (20 Juni 2011)

STASION LEMPUYANGAN
Pukul  06.00 kereta sampai di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta dan kami dijemput oleh Mbak Tata. Kami menyusuri Yogyakarta di pagi hari sambil menuju ke rumah Mbak Tata yang terletak di Gang Ratmakan yang berdekatan dengan Pasar Beringharjo dan Malioboro sehingga letaknya sangatlah strategis. Kami beristirahat sejenak di rumah Mbak Tata sambil menyimpan barang-barang serta sarapan pagi makanan khas Yogya yaitu tahu dan tempe bacem serta soto ayam.

Stasiun Lempuyangan Yogyakarta-Rumah Mbak Tata
MIROTA
Setelah itu kami semua langsung meluncur menelusuri jalanan Pasar Beringharjo, beli jamu untuk penambah tenaga, penambah makan, dan penambah singset, lalu langsung masuk ke Mirota. Suasana keraton Yogya langsung terasa saat memasuki tempat ini karena di setiap sudut diletakkan bunga-bunga yang wangi dan segar seperti bunga mawar, melati, rampai dan kamboja. Selain wangi bunga juga tercium wangi dupa jadi berasa di bali, kayak dikhayangan. Sempat juga membantu salah satu staf Mirota (Mas Jambul) menyusun rangkaian bunga-bunga tersebut serta mengamati  Ibu Suwarni yang sedang membatik. Teman-teman asyik berbelanja sedangkan aku melihat-lihat aja deh koleksi batik di Mirota yang terdiri dari baju, celana, syal, topi, sandal dan pernak-pernik lainnya yang keren banget.

Mas Jambul Merangkai Bunga

Toilet di Mirota

Naik Kereta Kencana

Museum Benteng Vredeburg
Dengan berjalan kaki, kami melanjutkan perjalanan ke Museum Benteng Vredeburg. Museum ini adalah sebuah benteng yang dibangun oleh VOC pada masa kolonial Belanda di Yogyakarta yang terletak di depan Gedung Agung (istana kepresidenan) dan Istana Sultan Yogyakarta Hadiningrat (keraton). Benteng ini adalah pusat pemerintahan dan pertahanan gubernur Belanda. Benteng berbentuk persegi ini mempunyai menara pantau di keempat sudutnya. Sekarang benteng ini dijadikan sebuah museum yang menyimpan banyak diorama tentang sejarah Indonesia.


Museum Benteng Vredeburg
Nenek Olin Jadi Diorama 3

Lagi Buat Film
Foto Keluarga di Vredeburg
KERATON
Dari Museum Benteng Vredeburg, kami menuju ke ke Keraton. Istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ini masih menjadi tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Sebaian kompleks keraton ini menjadi museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton dan gamelan.

Keranton



TAMANSARI
Selanjutnya kami mengunjungi salah satu peninggalan kesultanan Yogyakarta yang bagiku sangat menarik yaitu Tamansari. Tamansari adalah salah satu taman kerajaan Sultan Yogya dan keluarganya yang berfungsi sebagai tempat tetirahan dan bersemedi sultan beserta keluarganya. Selain sebagai tempat peristirahatan, Tamansari juga memiliki komponen pertahanan. Letak Taman Sari adalah sekita 0.5 km sebelah selatan kraton Yogyakarta. Arsitek bangunan ini adalah bangsa Portugis sehingga unsur arsitektur Eropanya sangat terpancar dengan jelas namun unsur budaya Jawanya juga masih tetap dipertahankan. Tamansari ini dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I yang selain sebagai teman kerajaan juga merupakan kompleks yang terdiri dari kolam pemandian, kanal air, ruangan-ruangan khusus dan sebuah kolam yang besar (apabila kanal air terbuka). Tamansari terdiri atas beberapa bagian diantaranya adalah bagian sakral, bagian kolam pemandian, dan bagian Pulau Kenanga.


Peru



Bagian Tamansari 


Bagian Sakral adalah ruangan yang agak menyendiri yang berfungsi sebagai tempat pertapaan sultan dan keluarganya.

Bagian Kolam Pemandian adalah tempat Sultan dan keluarganya bersenang-senang, ada kolam khusus untuk sultan dan khusus untuk selir-selirnya.

Bagian Pulau Kenanga terdiri dari Pulau Kenanga/Pulau Cemeti, Sumur Gemilang dan lorong-lorong bawah tanah. Pulau Kenanga adalah bangunan tinggi yang berfungsi sebagai tempat beristirahat sekaligus tempat pengintaian. Sumur Gemilang adalah bangunan melingkar yang berbentuk seperti sumur di dalamnya terdapat ruangan yang konon dahulu difungsikan sebagai tempat sholat. Sementara lorong-lorong yang ada di sini konon berfungsi sebagai jalan rahasia yang menghubungkan Taman Sari dengan Keraton Yogyakarta. Bahkan ada legenda menyebutkan bahwa lorong ini tembus ke pantai selatan dan merupakan jalan bagi Sultan Yogyakarta untuk bertemu dengan Nyai Roro Kidul yang konon menjadi isteri bagi raja-raja kesultanan Yogyakarta. Bagian ini memang merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat pertahanan/perlindungan bagi keluarga sultan apabila sewaktu-waktu ada serangan dari musuh.
Kolam Pemandian

MUSEUM KERETA

Museum Kereta Ngayogyakarta ini terletak di Jalan Rotowijayan yaitu sebelah barat keraton. Museum ini memiliki 18 koleksi kereta yang umurnya mungkin sudah lebih dari 100 tahun namun terlihat kondisi kereta yang cukup terawat. Ada beberapa koleksi kereta yang masih dipergunakan dalam berbagai upacara seperti Grebeg dan perkawinan putra-putri Sultan. Kereta-kereta tersebut dianggap pusaka dan secara rutin diberi sesaji. Kereta-kereta tersebut dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan bentuknya yaitu :

1. Kereta terbuka beroda dua misalnya Kapolitin
2. Kereta terbuka beroda empat misalnya Kyai Jongwiyat
3. Kereta tertutup beroda empat misalnya Nyai Jimat

Ada  yang digunakan sebagai kereta jenazah yang bernama Kereta Kyai Ratapralaya. Ada juga kereta tertua yang bernama Kereta Kanjeng Nyai Jimad dan kereta termuda yang bernama Kereta Kyai Modrojuwolo.


Kereta Jenazah

ALUN-ALUN KIDUL
Dari Museum Kereta kami melewati Alkid (alun-alun Kidul) yang terdapat beringin kembarnya. Masyarakat setempat menyebut beringin ini sebagai beringin kurung. Jaman dulu konon tempat ini dibuat pertahanan gaib yang tujuannya untuk mengecoh pasukan Belanda yang maumenyerang kraton supaya mereka kehilangan arah. Karena adanya pertahanan gaib itulah, sekarang beringin itu saat malam banyak dikunjungi wisawatan yang mau menyoba lewat celah diantara beringin kermbar tersebut dengan menutup mata. Katanya siapa saja yang bisa melewati beringin ini dengan mudah maka keinginannya akan terkabul. Waktu itu aku sendiri enggan untuk mendekati beringin ini karena dari kejauhan juga sudah terlihat angker...ihhh serem.

Alun-Alun Kidul

RUJAK ES KRIM DAN ES KOPYOR
Kami menuju ke tempat makan di Prawirotaman dan mencoba sedikit rasa rujak es krim lalu berlanjut makan es kopyor.


Es Rujak Es Krim
MALIOBORO
Setelah makan siang sambil beristirahat sejenak, kami menuju ke ke daerah Malioboro. Kami berkunjung ke mall Malioboro unutk membeli buah serta kebetulan sekali saat kami melewati jalan Malioboro, ada pawai memperingati Festival Kesenian Yogyakarta (FKY). Kami juga mengunjungi bookstore yang menjual buku-buku bekas yang biasanya dibaca oleh para wisatawan asing yang berkunjung ke Yogyakarta. Di sekitar daerah tersebut juga terdapat banyak penginapan murah yang berkisar antara 50-100ribu per malam. Sempat juga bertemu dengan salah seorang guide yang telah menjadi guide kurang lebih 35 tahun dan kini ia telah menguasai banyak bahasa asing secara otodidak yaitu lebih dari 5 bahasa asing dan bagi kami itu sangatlah spektakuler dan terlihat ia sangat lancar berkomunikasi dengan bule-bule yang lewat sekitar bookstore tersebut. Di dekat tempat ini kami akhirnya membeli tiket pertunjukan Ramayana di pelataran Candi Prambanan untuk esok hari.

Festival Kesenian Yogyakarta (FKY)

NASI KUCING
Kami makan malam dengan menu utama nasi kucing di dekat Stasiun Tugu. Makanan murah meriah dan mengenyangkan serta ditambah alunan musik keroncong yang dimainkan oleh sekelompok pengamen jalanan yang suara vokalis wanitanya asyik banget. Setelah capek jalan-jalan seharian akhirnya kami menuju ke tempat Mbak Tata untuk beristirahat.


Pengamen Keroncong

HARI 2 (21 Juni 2011)


NASI PECEL
Pagi-pagi kami sarapan pagi pecel di Pasar Beringharjo lalu berkunjung kembali ke Mirota karena ada beberapa teman yang belum puas berbelanja.

Dengan bantuan Mas Oonk (teman Kak Wien), kami memutuskan untuk menyewa mobil untuk bisa mengunjungi tempat tujuan kami selanjutnya yaitu Ullen Sentalu dan Candi Prambanan. Driver kami yang bernama Mas Sigit menjemput kami sekitar pukul 10.00 dan kami berangkat bersepuluh orang. Langsung aja kami meluncur ke Ullen Sentalu yang kalo dilihat berada di tengah hutan.

ULLEN SENTALU
Ullen Sentalu terletak di Jl. Boyong Taman Wisata Kaliurang. Museum Ullen Sentalu ini berdiri sekitar tahun 1994 dan dimiliki oelh swasta yaitu oleh keluarga Haryono dari Yogyakarta. Kaliurang adalah kawasan wisata yang menarik dan potensial karena terletak pada jalur wisata yang menghubungkan Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Pengelola museum ini ingin manjadikan Museum Ullen sentalu sebagai living museum dan bukan dead. Museum ini dilengkapi juga dengan tour guide.
Museum ini memiliki beberapa ruangan diantaranya:

Ullen Sentalu

Taman Ullen Sentalu

Taman Ullen Sentalu
 Ruang Selamat Datang yaitu ruang menyambut tamu dan terdapat arca Dewi Sri yang merupakan simbol kesuburan.


Ruang Seni Tari dan Gamelan yaitu ruang yang memamerkan seperangkat gamelan yang merupakan hibah sari salah seorang pangeran kesultanan Yogyakarta dan terdapat juga beberapa lukisan tari dimana penarinya adalah putri sultan.


Guwa Sela Giri yaitu ruang yang dibangun di bawah tanah yang menyesuaikan dengan kontur tanah yang tidak rata. Ruang ini berupa lorong panjang yang merupakan perpaduan Sumur Gumuling Taman Sari dan gaya Gothic. Arsitek Guwa Sela Giri ini didominasi dengan penggunaan material bangunan dari batu Merapi. Ruang ini memamerkan karya-karya lukis dokumentasi dari tokoh-tokoh yang mewakili figur 4 Keraton Dinasti Mataram

Lima Ruang di Kampung Kambang adalah areal yang berdiri di atas kolam air dengan bangunan berupa ruang-ruang di atasnya, konsep areal ini diambil konsep Bale kambang dan konsep Labirin. Kampung Kambang ini terdiri dari 5 ruang pamer museum yaitu Ruang Syair Tineke, Royal Room Ratoe Mas, Ruang Batik Vorstendlanden, Ruang Batik Pesisiran dan Ruang Putri Dambaan.

-Ruang Syair Untuk Tineke
Ruang yang menampilkan syair-syair yang diambil dari buku kecil GRAj Koes Sapariyam (Putri Sunan PB XI, Surakarta). Syair-syair ini ditulis oleh para kerabat dan teman-teman putri yang dipanggil akkrab dengan sebutan Tineke ini sebagai puisi kenang-kenangan. Melalui syair-syair tersebut terungkap kemampuan intelektual dalam seni sastra para putri di balik tembok keraton. beberapa syair yang dituliskan oleh para kerabat Tineke ini bertujuan juga untuk mengibur putri Tineke yang pada waktu itu sedang patah hati karena pilihan hatinya tidak disetujui oleh ibu Tineke.

-Royal Room Ratu Mas
Ruang yang dipersembahkan bagi Ratu Mas, permaisuri Sunan Paku Buwana X. Ruangan yang memamerkan lukisan Ratu Mas, foto-foto beliau bersama Sunan serta putrinya serta pernak-pernik kelengkapan beliau seperti kain batik, topi,dll


-Ruang Batik Vorstendlanden
Ruang yang menamplkan koleksi batik dari era Sultan HB VII-Sultan HB VIII dari Kraton Yogyakarta serta Sunan PB X hingga Sunan PB XII dari Surakarta. Melalui koleksi tersebut terlihat suatu proses dan daya kreasi masyarakat Jawa dalam menuangkan filosofi yang dianutnya memallui batik. Setiap motif batik ternyata memiliki makna tersendiri diantaranya kalau batik yang mengandung unsur senjata tajam dilarang pemakaiannya dalam acara pernikahan karena bila digunakan dipercaya akan menyebabkan rumah tangga yang dibangun akan penuh dengan konflik, adapun batik bercorak binatang menandakan jaman yang kian kiamat.

-Ruang Batik Pesisiran
Ruang ini melengkapi proses akulturasi budaya yang ada di Jawa. Dipamerkan kostum yaitu keindahan bordir tangan dari kebaya-kebaya yang dikenakan kaum peranakan mulai jaman HB VII (1870-an) serta kain batik yang lebih kaya warna.

-Ruang Putri Dambaan
Ruang album hidup Gray Siti Nurul Kusumawardhani, putri tunggal Mangkunegara VII dengan permaisuri GRK Timur. Terdapat koleksi foto pribadi dari masa kanak-kanak hingga pernikahannya. Ruang ini sangat istimewa karena terasa kedekatannya dengan Sang Tokoh yang ikut meresmikannya sendiri Ruang Putri Dambaan tersebut pada ulang tahun ke -81 pada tahun 2011. Gusti Nurul yang kini tinggal di Bandung adalah putri Mangkunegaran yang memberi inspirasi para pangeran Mataram untuk tidak berpologami. Beliau adalah permaaisuri yang gemar berkuda, yang tidak lazim pada era tersebut.

Gusti Nurul
Bagian luar museum ini dipamerkan juga arca-arca dewa-dewi yang diwujudkan dalam bentuk penyembahan pada arca-arca dewa budaya Hindu Budha. Di ruang Sasana Sekar Bawana dipamerkan beberapa lukisan Raja Mataram, lukisan serta patung dengan tata rias pengantin gaya Surakarta serta Yogyakarta. Di akhir kunjungan semua tamu akan mendapat suguhan minuman spesial yang resepnya adalah warisan dari Gusti Kanjeng Ratoe Mas, putri Sultan HB VII yang disunting sebagai permaisuri Raja Surakarta, Sunan PB X. Ramuan yang terdiri dari 7 macam bahan rahasia ini konon  bisa memberi kesehatan dan awet muda.
Minuman Cantik dan Awet Muda Ala Putri Keraton

Ada juga areal Taman Kaswargan yang didominasi oleh hutan alami dan bagian-bagian yang menonjolkan atmosfer pegunungan. Tempat ini juga menyediakan restoran yang disebut dengan Beukenhof Restaurant yang diambil dari Bahasa Belanda yang berarti bangunan yang dikelilingi oleh pohon-pohon yang tentu saja gaya arsiteknya mengambil gaya arsitektur kolonial. Selain itu ada juga Muse yang merupakan toko suvenir sebagai salah satu pendukung unsur pariwisata kawasan Museum Ullen Sentalu ini.

RAMINTEN DAN MIROTA KALIURANG
Dari Ullen Sentalu kami lalu makan siang di Raminten Kaliurang. Tempat makan yang cukup menarik dan di samping Raminten ini juga terdapat Mirota Kaliurang yang perlu dikunjungi juga. Di rumah makan ini disajikan menu makanan yang murah, meriah, dan enak serta dengan cara penyajian yang sangat menarik. Setelah makan kami pun berkunjung melihat-lihat toko suvenir Mirota.

Sekitar pukul 4 sore kami meluncur ke Candi Prambanan namu sayang saat itu Candi Prambanan sudah ditutup. Sambil menunggu pertunjukan Ramayana, kami pun memanfaatkan waktu untuk berkunjung ke Candi Ratu Boko yang letaknya tidak jauh dari candi Prambanan.

Candi Ratu Boko
Situs Ratu Boko atau Ratu Baka ini adalah kompleks sisa bangunan di sebelah selatan Candi Prambanan yang menampilakan atribut sebagai situs pemukiman namun fungsi tepatnya belum diketahui dengan jelas. Ratu Boko ini dibangun pada masa Rakai Pikatan dari Kerajaan Medang (Mataram Hindu). Diduga kuat kalau situs ini adalah bekas kraton. Nama Ratu Boko berasal dari legenda masyarakat setempat yang dalam Bahasa Jawa secara harafiah berarti raja Bangau yaitu ayah dari Loro Jonggrang. Dari Candi Ratu Boko ini kami menghabiskan senja dengan menyaksikan matahari terbenam sambil foto-foto menunggu pertunjukan Ramayana dimulai. Keistimewaan Ratu Boko ini adalah kompleks yang memiliki gerbang pintu masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian hingga pagar pelindung.Terletak di atas bukit yang tinggi, kedudukannya di atas bukit ini mensyaratkan adanya mata air dan adanya sistem pengaturan air yang bisa memenuhi kebutuhan pemandian. Selain itu udara disekitarnya sejuk dan pemandangan alamnya yang indah bagi para penghuninya serta membuat kompleks ini sulit diserang musuh. Ada juga tempat kremasi yang mengisyaratkan bahwa adanya kegiatan kremasi rutin di tempat ini.

Senja di Candi Ratoe Boko
Candi Prambanan
Tujuan utama kami ke Yogyakarta salah satunya adalah untuk bisa menyaksikan pertunjukan seni Ramayanan di pelataran Candi Prambanan. Kami sudah tiba di lokasi pukul 18.30 dan langsung memilih tempat strategis untuk menonton. Kebetulan saat itu banyak rombongan pelajar yang juga akan ikut menunton pertunjukan tersebut sehingga oleh penjaga pertunjukan kursi kami yang seharusnya kursi kelas 2 dipindah menjadi kursi kelas satu (wow asik banget...bisa mendapat tempat yang lebih strategis untuk menonton). Pertunjukan dimulai pukul 19.30 dan penontonnya saat itu sangat banyak dan diantaranya para bule. Pertunjukannya selesai pukul 21.30 dan kami pun langsung meluncur pulang.

Pertunjukan Seni Ramayana di Prambanan

HARI 3 (22 Jun 2011)

CANDI BOROBUDUR
Pukul 07.00 driver kami Mas Sigit menjemput kami dan mengantarkan kami ke tempat tujuan kami selanjutnya yaitu Candi Borobudur. Sebelum masuk ke areal candi kami diminta memakai kain, mungkin dengan tujuan untuk menghitung jumlah pengunjung yang menaiki candi. Jumlah pengunjung yang dibatasi untuk mengantisipasi agar tidak ada bagian candi yang roboh. Oya selain itu kami dilarang membawa makanan, senjata tajam, ataupun spidol ke areal candi agar kelestarian candi bisa tetap terawat. Saat jalan menyusuri areal candi masih terlihat abu-abu bekas muntahan Gunung Merapi. Banyak cerita sejarah masa lalu yang bisa kita baca di dinding candi. Udara sekitar candi saat itu sangat panas dan dengan kondisi badan kami yang mulai terkuras tenaganya setelah berjalan-jalan 2 hari sebelumnya membuat kami terpaksa banyak bersitirahat diareal candi yang teduh. Sungguh disayangkan saat itu kami belum bisa mencapai puncak candi karena puncak candi ditutup karena sedang direnovasi. Selama menyusuri candi banyak terlihat petugas yang memakai topi dan peralatan seperti sapu lidi dan sekop yang digunakan untuk membersihkan candi dari jamur-jamur yang bisa merusak bebatuan candi. Setiap hari mereka bertugas merawat candi dan mereka dibagi beberapa kelompok dan diabsen setiap harinya. Karena belum bisa mencapai puncak candi maka kami pun turun dan memutuskan mengunjungi museum yang ada di Candi Borobudur serta menonton film dokumenter tentang Candi Borobudur.


Dinding Candi Bercerita

Borobudur

Membersihkan Candi Dari Jamur

Dari Candi Borobudur kami makan siang kembali di Raminten yang berbeda. Ternyata setiap rumah makan Raminten memiliki menu makanan yang berbeda dan tentu saja kami tidak lupa berkunjung ke Mirota di sebelahnya.

MILAS
Dari Mirota kami berkunjung ke salah satu tempat yang unik di Yogyakarta yang terletak di Jalan Prawirotaman IV 127B yang bernama Milas. Tempat ini terletak di jalan kecil dan kalau kita lihat dari luar nampak seperti rumah pada umumnya namun ketika kita memasuki tempat ini, tempat ini terlihat sangat menarik. Milas adalah kepanjangan dari Mimpi Indah Lama Sekali. Tempat ni adalah tempat nongkrong yang asyik yang biasanya dikunjungi oleh wisatawan asing. Milas menyediakan berbagai jenis makanan dan minuman yang organik dan sangat cocok juga bagi para vegan. Selain itu, tempat ini menyediakan perpustakaan kecil dan toko suvenir serta ada sekolah Hijau Milas yang mengajarkan anak-anak 2-4 tahun untuk semakin dekat dengan alam sekitarnya.


Bersantai di Milas

Sebelum ke Milas kami bermaksud untuk mengunjungi  Taman pintar namun sayang ternyata tempat tersebut sedang direnovasi sehingga ditutup selama 4 bulan.


TAMAN BUDAYA
Dari Milas selanjutnya ke  Taman Budaya dan melepas lelah sejenak sambil menunggu FKY dibuka. Setelah FKY dibuka Kak Caroline membeli buku-buku murah yang ia borong untuk dibawa pulang. dari tempat ini kami lalu makan mie di pinggir jalan dekar rumah lalu pulang

HARI 4 (23 JUNI 2011)

GUDEG WIJILAN DAN MUSEUM KOLONG LANGIT
Hari ke 4 adalah trip bebas bagi kami dan di hari keempat ini banyak anggota kami yang tumbeng, ada yang masuk angin, kecapean dan sejenisnya. Pagi-pagi kami sarapan nasi gudeg wijilan dengan naik becak (seru sekali....). Setelah kenyang kami berkunjung ke Museum Mainan Kolong Langit yang terletak di Taman Budaya memamerkan mainan-mainan tradisional dari seluruh dunia.

Yummy...

Permulaannya adalah Rudi Corens, artis kebangsaan Belgia yang telah menetap di Jogja sejak 1991. Menggagas museum mainan anak. Sekaligus menyumbangkan seluruh koleksi pribadinya yang berjumlah lebih dari 900 item. Bekerjasama dengan Dyan Anggraini, kepala Taman Budaya Yogyakarta, Museum Kolong Tangga resmi dibuka pada 2 Februari 2008.

Koleksi Museum Mainan

Main Dulu Yuks...

TRIP BEBAS
Dari Taman Budaya kami berpencar karena trip di hari bebas. Ada yang kopi darat sama teman lama, ada yang pergi melihat-lihat kerajinan perak, ada yang memilih beristirahat di rumah saja karena sakit demam, ada yang menunggu dikerok di rumah dan ada yang jalan-jalan ga ada tujuan.

Minum Jamu Biar Demam Turun
Aku adalah tim yang jalan-jalan tanpa tujuan bersama Laras dan Dhila. Kami memutuskan membeli buah aja di Malioboro Mall sambil menunggu kedatangan jam makan siang. Sebelum makan siang kami bertemu dulu dengan Caroline di Mirota (Mirota lagi Mirota lagi...tiada hari tanpa berkunjung ke Mirota) dan sekalian pamitan dengan mas Jambul yang sering bertugas menjadi flowrist.

Oleh karena dari awal selalu mambahas Mirota maka mungkin membuat kita penasaran mengenai siapa sih pendiri dan pemilik Mirota ini. Mirota Batik, Mirota Bakery, dan Haouse of Raminten ini pendiri dan pemiliknya adalah Pak Hamzah, pengusaha handal dan paling nyentrik di Yogyakarta. Rumah makan Raminten mengambil konsep angkringan yaitu warung di pinggir jalan yang menjual makanan yang merakyat namun oleh Pak Hamzah dikemas dengan konsep resto semi cafe. Di dalamnya berjejer benda pusaka dan penataan meja makannya sangat menarik serta ada juga lesehannya lho. Raminten selalu menyediakan menu makan nasi kucing yang disajikan dengan menarik dan dengan harga yang terjangkau sekitar Rp 1500. Ada juga menu-menu makanan dan minuman menarik lainnya yang patut dicoba seperti racikan jejamuan khas Raminten. Keunikan lain yang bisa kita lihat di Raminten ataupun Mirota adalah para pelayan yang penampilannya selalu dibalut kain batik khas Yogyakarta.

Daftar Menu Raminten

Pemilik Mirota


TEMPE KACANG KORO DAN TEMPE BLENGUK
Hari terakhir persediaan uang makin menipis jadi diputuskannlah makan siang hari itu adalah nasi pecel dengan tempe kacang koro dan tempe blenguk (nama yang aneh...tempenya hitam, jelek, kucel dan dekil tapi rasanya enak benget....don't judge tempe by it's colour). Setelah makan, kami memutuskan pulang untuk bobo siang (ini bobo siang pertama sejak kunjungan ke Yogya...bobo siang yang banyak terjadi pemboman... sambil juga bergosip dengan nenek genit hingga waktu pulang tiba). Sebelum pulang kami harus menunggu dik ofan pulang dari perburuannya mencari alat musik yang selaras dengan nada hati, ia sekarang memiliki julukan baru yaitu mas bobi yang merupakan kembaran Sultan Paku Buwono VII yang memiliki nama asli Sultan Suryo Guritno. Setelah packing dan pamitan ke pemilik rumah, kami berangkat menuju ke Stasun Tugu pukul 19.30 dengan menyewa becak.

Mas Bobi Masa Lalu

Mas Bobi Masa Kini
ANGKRINGAN STASIUN TUGU
Ketika kami tiba di stasiun tugu, mas bobi malah nyangkut lagi di toko alat musik...ckckck. Sebelum naik kereta kami pun makan malam terakhir di Yogya dengan menu nasi kucing (tiada hari tanpa nasi kucing juga...lama-lama bisa berubah jadi kucing kayaknya...tapi apa boleh buat).

Makan Nasi Kucing Terakhir Sebelum Meninggalkan Yogya
KERETA BISNIS LODAYA
Pukul 21.30 kami naik kereta bisnis Lodaya namun ternyata sebelum sempat duduk kami harus berselisih dengan salah seorang penumpang yang ngotot tidak mau pindah padahal dia salah menempati kursi kami. Karena ngotot sehingga terpaksa kami memanggil salah satu kru kereta api untuk memindahkan bapak yang ngotot tersebut agar ia duduk di kursi yang seharusnya ia duduk dan akhirnya berhasil juga. Akhirnya kami berenam bisa menempati kursi kami yang cukup nyaman sambil berbincang-bincang sejenak sebelum tidur. Perjalanan berjalan dengan lancar dan kami bisa tidur dengan nyaman tidak seperti di kereta ekonomi. Kereta tiba di stasiun Bandung pukul 06.00 sesuai dengan jadwal dan di tempat ini kami berpisah menuju rumah masing-masing.


Romantisme Bersama Nenek Genit di Kereta Lodaya




Total pengeluaran trip ini untuk aku pribadi sekitar Rp 550.000
Dengan rincian sebagai berikut :
Tiket KA ekonomi Bdg-Ygy                       Rp  24.000
Tiket KA bisnis Ygy-Bdg                           Rp 110.000
Tiket masuk Vredeburg                              Rp    2.500
Tiket masuk Kraton                                    Rp   3.000
Tiket masuk Tamansari                               Rp   3.000
Tiket masuk museum kereta                        Rp   3.000
Rental mobil                                               Rp 92.000
Tiket Ullen Sentalu                                     Rp  25.000
Tiket masuk Candi Boko                            Rp  10.000
Tiket Pertunjukan Ramayana                       Rp  75.000
Tiket Borobudur                                         Rp  20.000
Tiket Nonton Film Borobudur                     Rp    5.000
Tiket Museum Mainan                                 Rp    2.500
Makan (4hari) dan bersenang2                     sisanya

Waktu itu budget awal hanya Rp 500.000 untuk 3 hari, karena aku hanya bawa uang yang pas-pasan maka terpaksa minta pinjaman dulu ke rentenir. Untung di Yogya banyak rentenir yang baik hati. Senang bisa berjalan-jalan dengan para rentenir...hehehe.

Sabtu, 18 Juni 2011

Perjalanan ke Gunung Gede Bersama Gravell

Gunung Gede


          Perjalanan kali ini sebenarnya sudah direncanakan sebulan sebelumnya. Tanggal 22 April 2011, aku berangkat dari Bandung menuju Jakarta menggunakan travel Cipaganti sekitar pukul 07.00. Sampai di Kebon Jeruk Jakarta lalu dijemput oleh Kem sekitar pukul 09.30 "telat dari jadwal sih...karena katanya sibuk packing". Dengan motor, kami menuju ke tempat berkumpulnya tim yang lain ( Fikri dan Feyang) yaitu di deket rumahnya si Apur "siluman babi ganteng". Setelah semuanya berkumpul barulah kami menuju ke tempat kediamannya Bang Slamet. Di sana kami bertemu juga dengan Ezi Carter "pacarnya Nick Carter atau Aairon Carter...belum jelas" dan packing ulang barang-barang bawaan.

          Pukul 13.00 kami barulah berangkat menuju ke daerah  Base Camp Sores Cipinang (tempat berkumpulnya tim Gravell yang lain). Sebelumnya kami makan siang dulu mengisi perut yang keroncongan. Kami menuju ke meeting point menggunakan angkot dan bus. Kami tiba sekitar pukul 15.00 dan langsung menaikan barang bawaan ke mobil truk tentara, tapi sebelumnya menunggu dulu teman yang lain yang belum datang padahal kita sebenarnya sudah telat dari jadwal yang direncanakan.


Di Truk Tentara
        Akhirnya setelah semua berkumpul barulah kami semua berangkat ke Gunung Gede lewat tol Jagorawi menuju Cipanas Gunung Putri Cianjur. Perjalanannya memakan waktu yang sangat lama karena macet parah jadi kami harus menunggu cukup lama di truk. Ada yang turun dari truk dan memilih jalan kaki ataupun melepaskan lelah dengan duduk santai di pinggir jalan sambil menunggu truknya bergerak. Aku memilih duduk di truk aja karena takut ketinggalan truk kalau seandainya truknya tiba-tiba jalan. Benar kejadian juga, ketika ada 2 orang teman yang baru saja turun dari truk karena mau mencari makan, tiba-tiba truknya jalan dan arus mobil di jalan menjadi lancar.
       
         Sesampainya di kaki Gunung Putri, truk kami kehabisan tenaga untuk menanjak sehingga terpaksa kami harus turun dan jalan kaki di guyuran hujan rintik-rintik. Pukul 21.00, kami sampai di sebuah rumah yang biasanya digunakan sebagai tempat peristirahatan sementara oleh pendaki. Hari sudah malam dan kami segera beristirahat mengumpulkan tenaga untuk pendakian esok hari. Sebelum tidur kami makan malam dengan menu nasi bungkus dan ditambah segelas teh manis hangat untuk mendinginkan tubuh yang kedinginan.
       
        Keesokan harinya sekitar pukul 05.00, para pendaki lain sudah ada yang bersiap-siap memulai pendakian sedangkan tim kami masih tidur lelap dan baru bangun sekitar pukul 06.00. Sebelum berangkat, kami sarapan pagi terlebih dahulu sambil memasak beberapa buah kentang sebagai perbekalan untuk pendakian. Kami baru mulai pendakian sekitar pukul 07.00 lewat jalur Gunung Putri. Fikri terlihat sangat bersemangat memulai pendakian perdananya ini dan ia membawa carrier yang cukup berat "selamat berjuang ya Fikri...!!!".




Anggota Tim




Berpose sebelum memulai pendakian
        Jalur pendakian lewat Gunung Putri ini melewati bebrapa pos diantaranya  Pos 1 yg berbentuk bangunan kecil. Setelah itu melewati pos 2 (saung), pos 3 (tanah datar), pos 4, pos 5 dan akhirnya pos 6 yang ada di sisi timur alun2. Awalnya kami melewati perladangan dan Pondok Jaga Taman Nasional Gede Pangrango, diaman para pendaki biasanya melapor dan membeli tiket masuk. Kemudian kami melewati hutan pinus serta menyebrangi sungai kecil. Selanjutnya kami melewati Legok Lenca (2.150 m.dpl) dan Buntut Lutung (2.300m.dpl) serta Lawang Seketeng (2.500 m.dpl) dan Simpang Maleber (2.625 m.dpl). 



Makan kentang rebus

          Di perjalanan kami memakan perbekalan kentang dan rasanya enak banget ditambah saos. Beberapa jam sebelum menuju ke punjak, hujan pun turun sehingga jalan menjadi sedikit licin jadi aku harus berhati-hati agar jangan sampai terpleset. Kalau sampai terpleset dan tidak ada yang menolong wah gawat banget, soalnya teman-temanku yang lain tertinggal cukup jauh di belakangku. Di tengah penjalanan aku bertemu penjual nasi bungkus seharga Rp 5.000/bungkus dan aku langsung membeli 3 bungkus. Aku sampai di Lembah Suryakencana sekitar pukul 11.30 dan ternyata lembah tersebut sangat luas dan berkabut serta dipenuhi oleh padang Bunga Edelweis. Sesampainya di sana aku mencari anggota tim panitia gravell. Saat berhasil menemukannya, aku diminta beristirahat terlebih dahulu serta disuguhkan teh manis hangat sambil menunggu kedatangan yang lain.


         Akhirnya Kem datang sekitar pukul 12.30 lalu kami makan siang dulu sambil menunggu yang lain. Kemudian datanglah Ezi ikut bergabung dan setelah itu barulah kami membangun tenda dan beristirahat di tenda. Fikri dan Feyang akhirnya baru bisa menyusul kami sekitar pukul 15.00 dengan wajah kelelahan, bahkan Fikri kelihatan sangat pucat, ini mungkin karena ini pengalaman pertamanya merasakan sensasi mendaki gunung setinggi Gunung Gede yang memiliki ketinggian sekitar 2.958 m.dpl.


         Sore harinya Kem masak nasi liwet dan aku tidak bisa membantu karena ga bisa masak "maaf ya". Sambil menunggu nasi liwetnya tersaji, aku menunggu undian doorprize sambil berbincang-bincang dengan pendaki lain yang sampai saat ini ga ada yang bisa kuingat siapa nama mereka. Setelah menunggu cukup lama akhirnya keluar juga no undian 62 dan aku langsung balik ke tenda tanpa tahu hadiah apa yang diperoleh karena ternyata nasi liwet spesial buatan Kemsy sudah menunggu. Walaupun hasil nasi liwetnya sedikit aneh tapi bagiku tetap enak karena dibuat oleh Kem "he... he... he...". Setelah perut kenyang lalu waktunya tidur deh...


Tenda



 

Malam di Suryakencana




Diantara Bunga Edelweis


Padang Bunga Edelweis Penuh Ranjau

Foto Bersama 




        Keesokan paginya, kami disambut dengan cuaca yang pagi yang cukup cerah dan kami gunakan untuk acara foto-foto diantara bunga-bunga edelweis yang menawan tapi aku fotonya sedikit berhati-hati karena ternyata disana banyak ranjau. Setelah sarapan pagi nasi plus ikan sarden yang super enak karena pedas, kami langsung membereskan tenda. Pukul 09.oo kami pun memulai perjalanan pulang dan mampir ke Puncak Gunung Gede. Di puncak Gunung Gede turun hujan sehingga kami terpaksa beristirahat sejenak menunggu hujan reda. 




Packing Dulu Sebelum Pulang


Hujan Rintik-Rintik Sebelum Berangkat


          Lalu kami melewati Kawah Gunung Gede yang masih aktif mengeluarkan belerang. Kami lalu turun menuju jalur Cibodas melewati tanjakan setan, sungai yang airnya hangat, Kandang Badak serta Batu Kukus. Di Kandang Badak atau Lebak Saat (2.220 m.dpl), banyak terdapat batu yang berasal dari letusan Gunung Gede serta sumber mata air sehingga tempat ini banyak digunakan oleh pendaki untuk mendirikan tenda. 






Kehujanan di Puncak Gede


Puncak Gunung Gede
         Sempat juga mampir di Curug Cibeureum sendiri tanpa ditemanin karena yang nemenin kelihatan sangat kelelahan "kasian...sayang...aku ga bisa gendong". Meskipun cuaca agak mendung, Curug Cibeureum (1.675 m.dpl) terlihat sangat indah. Curug ini memiliki ketinggian 40-50 meter, terdiri dari air terjun utama yaitu Curug Cidendeng dan 2 curug yang lebih kecil yaitu Curug Cikundul dan Curug Ciwalen. Ketika aku berkunjung ke curug tersebut, curug tersebut sangat ramai dikunjungi oleh para wisatawan.


Curug Cibeureum


Jembatan Kayu
        Kami akhirnya tiba di Pintu Gerbang masuk Gunung Pangrango sekitar pukul 16.00 dan itu pun dengan perjuangan jalan super cepat menyalip semua pendaki yang lain tapi rasanya aku puas banget. Kemudian kami menuju Warung Barnas, lalu langsung aja aku bergegas mandi sebelum banyak yang datang. Setelah segar seusai mandi lalu makan dan rasanya lapar banget. Menu makannya seperti biasa "ikan tongkol (makanan favorit) ditambah gudeg. Pukul 18.oo aku pulang dengan menggunakan mobil elf yang agak menyeramkan di dalamnya dengan ongkos Rp 5.000 sampai tempat bus menuju Bandung. lalu dilanjutkan dengan bus dengan ongkos Rp 10.000 sampai Bandung. Tiba di terminal Leuwi Panjang pukul 20.00 dan dijemput oleh Dewa Penolong "Mas Woto". Lalu dengan kecepatan tinggi dia meluncurkan motornya melewati Pasar malam Ciroyom dan sampai di rumah sekitar pukul 21.00 "cepet banget ya". Terima kasih banyak buat semuanya terutama yang sudah mau menemani sejauh ini dan maaf kalo merepotkan, apalagi ga bisa bantuin masak...he he he.


Sampai sekarang masih terus menanti perjalanan selanjutnya.
Semangat.....