Selasa, 26 Juli 2011

Menyusuri Tebing Edelweis di Gunung Rakutak


Puncak Gunung Rakutak
Pada hari Minggu, 24 Juli 2011, pukul 05.30 kami berkumpul di depan RS Hasan Sadikin (bawah jembatan layang). Setelah semua tim yang terdiri dari Ibu Wiwit, Yudi, Yanstri, Agung, Jeffry dan aku berkumpul, kamipun menuju ke tempat tujuan hiking yaitu Gunung Rakutak yang terletak di Cijagong Desa Sukarame Cikuray Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung. Suasana pagi yang masih cukup senggang membantu mobil kami meluncur melewati tol menuju Buah Batu.

Cikuray

Tempat Menitipkan Mobil
Sebelum melakukan pendakian, anggota tim sarapan terlebih dahulu di warung soto. Pukul 08.10 kami pun memulai petualangan.Tahap awal kami memasuki perkampungan kecil lalu langsung disuguhi oleh beberapa anak tangga yang menanjak hingga akhirnya kami sampai di ladang para penduduk.Kamipun pemanasan melewati ladang cabe, sayuran, dan jagung.Kami langsung disuguhi dengan trek yang menanjak dan nyaris tidak ada bonus. Di pinggir jalan setapak tampak beberapa tomat segar tergeletak begitu saja nyaris terbuang jadi kami mengambil beberapa untuk dimakan...mmmmm... rasanya manis sekali dan kriuk2.

Istirahat Sejenak

Makan Tomat Segar
Setelah melepas lelah sejenak kami terus melaju melewati hutan pinus dan hutan alang-alang. Kulit kamipun tergores oleh ilalang yang tingginya melebihi kepala kami dan hutan ilalang ini sangat rapat serta banyak jebakan batman yang menghalangi tim perintis di depan.
Aku pun memutuskan memakai manset dan glove untuk mengurangi rasa sakit tergores ilalang, bebatuan dan tanaman berduri lainnya.Treknya memiliki kemiringan 45 derajat dan bahkan lebih,  tapi hal ini tidak mematahkan semangat kami untuk mencapai puncak. Sepanjang perjalanan pemandangannya sangat memukau karena cuaca hari itu cukup cerah. Tampak dari kejauhan 3 puncak Gunung Rakutak yang akan kami tuju.Namun ada yang kami sayangkan karena beberapa bagian hutan di sini pohonnya ditebang penduduk sekitar (kasian sekali pohonnya menangis).


Pembalakan liar

Aku dan Ibu Wiwit berhasil sampai di Puncak 1 sekitar pukul 11.00 dan kemudian disusul oleh tim lainnya. Sesampainya di Puncak 1, kami pun berpelukan seperti teletubies dan tidak lupa berfoto serta mengucapkan syukur atas kemahakuasaanNya. Kami beristirahat sejenak sebelum menuju ke Puncak 2 dan 3. Kami membuka perbekalan snack serta menyumput kopi serta teh hangat (wah seger banget rasanya). Beberapa saat dari kejauhan dari Puncak 2 datang segerombolan si bolang bersama 3 anjing peliharaan mereka.

Bertemu Para Bolang dan Anjingnya

Walaupun masih kecil mereka ternyata hebat karena berani menyusuri jembatan yang sangat curam yang mengubungkan Puncak 1 dan 2. Kami berfoto bersama para Bolang dan anjing-anjing mereka. ternyata mereka membawa tanaman kantong semar yang jarang aku lihat langsung sebelumnya.Sempat juga aku memberi makan anjing-anjing mereka yang tampak kurus dan kelaparan dengan memberi mereka biskuit jacob punyanya om jeffry (hi...hi...hi...). Sedangkan para bolang sendiri diberi beberapa snack dan uang jajan oleh Ibu Wiwit. Selanjutnya para bolang melanjutkan perjalanan mereka ke jalur yang berbeda dengan yang kami tempuh sebelumnya.

Snack dulu
Setelah mengisi tenaga sejenak, kamipun bersiap-siap menuju jembatan selebar 90 cm yang disebut dengan nama "jembatan sirhotolmustaqiem" yang menurut cerita bisa membuat adrenalin kita mendidih. 

Jembatan Sirhotolmustaqiem

Setelah dilewati ternyata jalur ini memang menegangkan seperti cerita karena jalur ini berupa jalan setapak yang sepanjang kiri kanannya terdapat jurang yang terjal. Jika kita salah melangkah kemungkinan kita masuk ke dalamnya. Namun kami ternyata bisa menghadapi jalur ini dengan cukup tenang dan saling memberikan peringatan satu sama lain apabila ada bagian dari jalur tersebut yang agak riskan untuk dilewati. Sempat juga kami mengambil foto sepanjang perjalanan kami berada di jalur tersebut. 


Foto Keluarga di Puncak 2


Perjalanan menuju puncak 2 ini sebenarnya tidak terlalu lama tapi karena kami mengambil banyak foto sehingga agak lama sekitar 30 menit. Setelah sampai puncak 2 terlihat pemandangan hutan yang agak tertutup lalu selang beberapa lama kami langsung menuju puncak 3 setelah mengambil beberapa foto keluarga bersama di Puncak 2.Ketika sampai di puncak 3 terlihat tidak terlihat lagi tulisan petunjuk Puncak 3 karena sudah pudar.Dari puncak tertinggi Gunung Rakutak yaitu sekitar 1957mdpl inilah kami melihat pemandangan sekitar Bandung. Jika dilihat dari atas tampak di bawah pepohonan yang mirip seperti kebun brokoli.

GPS menunjukkan ketinggian 1957 mdpl



Di Puncak 3
Kebun Brokoli
Kami lalu memutuskan untuk makan siang bersama di Puncak 2. Di Puncak 2 kami menikmati hidangan bekal yang kami bawa bersama. Ibu Wiwit seperti biasa membawa banyak perbekalan seperti ayam dan ikan goreng,tahu dan cumi goreng (sangat menggiurkan).

Menu Santap Siang
Pukul 14.00 kami memutuskan untuk berpisah dengan puncak 2 dan turun gunung melalui jalur yang dilewati para bolang sebelumnya. Jalur ini memutar sehingga jaraknya lebih jauh daripada jalur yang kami ambil sebelumnya ketika manaiki puncak 1. Namun jalur baru yang kami lewati ini meskipun jauh tapi memberikan kesempatan kepada kami untuk bisa menyaksikan keindahan tebing yang ditumbuhi edelweis yang tampak sangat indah dan mengagumkan. Sungguh sangat jarang biasanya kita temui bunga edelweis bisa tumbuh di Gunung yang ketinggiannnya kurang dari 2000 mdpl. Bunga edelweis yang kami temui ternyata berada pada ketinggian 1500mdpl namun bedanya, bunga edelweis di tempat ini terlihat kurus dan daun-daunnya tidak selebar dan selebat yang terdapat di Gunung gede. Perjalanan turun yang sangat jauh namun memberikan kepuasan tersendiri. Kami tiba kembali di kaki gunung sekitar pukul 17.00 dan terlihat pemandangan matahari terbenam yang sangat indah dari kaki Gunung Rakutak.
Senja Di Kaki Rakutak
Flora Gunung Rakutak

Flora Gunung Rakutak
Selama perjalanan naik dan turun ada beberapa tim yang jatuh dan terpleset termasuk aku namun untungnya kami semua selamat. Yang terparah adalah Bu Wiwit yang sempat celananya robek dan kakinya luka karena jatuh diantara bebatuan serta sempat terjatuh terguling-guling diantara selokan ladang. Tapi hal itu sama sekali tidak mengurangi semangatnya untuk mendaki gunung. Salut sekali buat Bu Wiwit...patut dinobatkan sebagai maminya Gunung.

Bravoooo.

4 komentar:

  1. mantab teh petualangannya. kapan teh mau muncak, ajak-ajak saya.

    BalasHapus
  2. mau nanya dong,,backtrack ato lintas..??? bisa lintas ga jalur nya..??

    BalasHapus
  3. kalau mau tanya lebih jelas ke teman aku aja yang ahli pergunungan di bandung...tiap minggu ia rutin naik gunung-gunung di bandung dari berbagai jalur.
    namanya kang yadi mulyadi

    https://www.facebook.com/yadimy77?ref=ts&fref=ts

    BalasHapus