Senin, 17 Oktober 2011

Bertamasya ke Curug Penganten




Rio-Ajeng-Eet-Dhea-Kharis

Curug Penganten

Acara bertamasya ini dicetuskan setelah aku, Ajeng dan Dhea memutuskan untuk mengisi akhir pekan dengan bertamasya alam sambil mengunjungi kediaman Mbah Eet di Lembang.Kami mengajak si Emon untuk ikutan agar Dhila juga bisa ikutan, tapi sayang seribu sayang si Emon berhalangan gara-gara ada temannya dari KL alias Kuala Lumpur datang berkunjung ke Bandung dan otomatis Dhila pun ga bisa ikut karena ga ada kendaraan buat mengangkut.(si Emon emang bele...bele...)


Pada tanggal 16 Oktober 2011 sekitar jam 9, aku bertemu dengan Dhea di Setrasari dan dengan menunggangi "unyu beat" aku dan Dhea meluncur ke kediaman Mbah Eet.Sekitar jam 10 kami tiba di kediaman beliau dan rumahnya tampak sangat ramai karena ternyata ada acara syukuran tapi si Mbah lupa juga kalo hari itu ada syukuran di rumahnya (ya sudahlah).


Sambil menunggu Ajeng dan Rio datang dari gereja, kami bertiga memutuskan berbelanja sambil ngemil-ngemil sebentar. Setelah selesai belanja akhirnya Raj Stevi datang dan dengan sigap kami memakan cemilan yang telah dibeli. Lalu niat awal kami mau melihat si simba dan kelurganya di kebun belakang tapi kami malah ngerampok hasil kebon Mbah Eet seperti terong belanda,daun mint dan membabat tebunya mbah Eet yang manis...mmmm seger. Ternyata tak dinyana, Rio adalah salah satu ahli dalam dunia pertebuan, dengan sigapnya ia memotong tebu menjadi beberapa bagian lalu mengupas kulitnya dengan pisau yang tajam lalu mempersembahkannya untuk kami(hahaha...bagus...bagus... ).Eitz ternyata Ajeng dan Dhea bingung cara menghisap air tebu dari batangnya (yah dasar ndeso eh salah kota). Terdenger juga suara gonggongan dari para anggotanya si simba yang menyadari kehadiran orang-orang asing di rumahnya tapi untungnya  si simba masih mengenali aku (ih...jadi terharu).Saat asyik menghisap tebu tak bisa dihindari Ajeng berhasil bertemu dengan salah satu binatang lucu di dunia yang paling ia takuti yaitu ulat (untung tidak pingsan ya si ajeng).


Setelah puas membabat hasil kebon, kami berlima dengan menggunakan 3 ekor beat (snowy, unyubeat, dan beatnya si ajeng) lalu meluncur sekitar pukul 12.00 menuju daerah Katumiri untuk bisa melihat keindahan Curug Penganten. Konvoy beat ternyata menyenangkan sekali ya...
Jajan dulu
Pejalanan Awal
Sebelum treking dimulai kami jajan berbagai jenis makanan seperti cireng, seblak, tutut, dll (pokoknya buanyak banget jajannya dan setiap ada yang jualan disinggahi). Kami menitip motor di ibu yang jualan cireng lalu memutuskan treking ke tempat tujuan. Perjalanan dari tempat penitipan motor ke air terjun tidaklah terlalu jauh. Ritme perjalanan mengikuti tim terjunior yang baru pertama kalinya jalan-jalan ke curug yaitu Si Ajeng. Sebelum turun ke curug, kami beristirahat di pondok dekat tempat pembelian tiket masuk ke curug. Setelah istirahat barulah kami membeli tiket masuk seharga Rp 2.000 lalu turun melewati jalan setapak, agak mengecewakan sih karena sepanjang jalan banyak para pengunjung yang tidak bertanggungjawab yang membuang sampah sembarangan sehingga merusak keindahan alam yang sudah sepatutnya kita jaga bersama. 



Istirahat di Pondok


Saat tiba di curug ternyata airnya lagi surut dan warnanya kecoklatan namun hal tersebut tidak menyurutkan niat kami untuk menikmati keindahan curug ini apa adanya. Kami pun langsung berfoto-foto bersama tapi tidak berani berfoto di tempat curug yang agak dalamkarena takut terseret arus atau takut jika ada sesuatu yang bisa menarik kaki kami ke dalam pusaran jika berenang terlalu di tengah (hihihi). 



Smile.....
Kesempatan ini tidak sampai dilewatkan oleh Ajeng dan Rio untuk membuat foto prewedding meskipun weddingnya baru akan diselenggarakan tahun depan. Saat pengambilan gambar foto prewedding tersebut timnya adalah Mbah Eet sebagai fotografer, Dhea sebagai pengarah gaya dan aku sebagai pembuat efek percikan-percikan air (biar lebay gitu...).

Foto-Foto Prewedding Raj

Setelah puas-puas berfoto kamipun menikmati cemilan yang telah kami beli sebelumnya. Wow rasanya seru banget apabila bisa makan bersama-sama di alam terbuka dengan udara sejuk serta suara percikan air seperti yang kami bisa nikmati di curug penganten ini. Semakin asyik karena bisa makan tutut dan mangga yang muanis banget (meski hese banget ya makan tutut karena harus ditusuk atau dihisap...zzzztttt).


Waktunya Ngemil
Saat sibuk makan kami sempet mendengar suara cekikikan seperti suara orang tertawa dari tengah tebing-tebing curug tersebut. Hiiiii....angker sih seperti mitos yang sering beredar saat ini tapi kami berusaha tidak terlalu mempermasalahkan suara tersebut. 


Oya Curug Penganten terletak di Cimahi dan berada di ketinggian 1050 m dpl dan memilki ketinggian terjunan air sekitar 70 meter dengan jatuhnya air terlihat seperti kristal berkilauan ditimpa sinar matahari. Curug Panganten dapat dikatakan merupakan sambungan dari dua sungai yang mengalirinya. Di bagian atasnya adalah batas akhir sungai Cirende dan bagian bawahnya adalah hulu dari sungai Ciliung.  Bahkan batang akhir sungai Cirende sendiri ternyata tersusun dari tiga tangga curug, yaitu Curug Cirende, Curug Sewu dan terakhir Curug Panganten. Curug Cirende dan Curug Sewu tidak dapat dilihat langsung dari bawah, karena disamping ketinggiannya rendah, juga terhalang oleh tebing tinggi yang menjadi limpahan air terjun Curug Panganten.
          
Curug Penganten atau air terjun penganten menurut legenda dulunya berna Curug Sewu.Namun sebuah kejadian kemudian mampu mengubah nama Curug Sewu menjadi Curug Panganten.Konon, di lokasi tersebut pernah ada kejadian yang mengenaskan yakni kematian sepasang penganten yang jasadnya atak diketemuykan. Suatu waktu ada sepasang penganten yang tengah asyik berlayar di sungai (yang sekarang menjadi Curug Panganten) sambil bersenda gurau sehingga perahu yang mereka tumpangi menjadi goyang dan terseret arus. Arus sungai yang tengah deras membuat keduanya tak bisa diselamatkan. Dan mereka pun akhirnya meninggal namun jasadnya tak ada yang berhasil menemukan. 
           
Nah setelah hari mulai senja kami meutuskan untuk pulang,tapi perjalan pulang yang rada menanjak membuat si Ajeng ngos-ngosan namun ia berhasil melalui semuanya. horeeee....selamat ya jeng... 




Hari yang menyenangkan karena bisa melalui semua keindahan dan kebersamaan bersama kalian teman-teman. Terima kasih semua.