Sabtu, 23 Februari 2013

KOMUNIKASI





Komunikasi memiliki pengertian yang sangat luas. Komunikasi bisa menjadi suatu alat untuk bisa saling mengerti dan saling memahami. Saya percaya bahwa setiap bagian dari alam semesta ini bisa melakukan komunikasi termasuk binatang dan tumbuhan meskipun mungkin hal ini belum bisa dilihat secara nyata. 

Bagi manusia sendiri, komunikasi adalah bagian dari suatu peradaban (budaya). Cara berkomunikasi manusia jaman dulu mungkin berbeda dengan cara berkomuniasi yang dilakukan oleh manusia di jaman modern ini. Bahasa adalah salah satu cara menusia berkomunikasi dengan manusia lainnya. Bahasa yang dimiliki oleh sekelompok manusia mungkin berbeda dengan bahasa yang dimiliki oleh sekelompok manusia lainnya. Oleh karenanya, menguasai beberapa bahasa menjadi satu aspek yang sangat penting agar manusia bisa menjalin relasi yang baik dengan manusia lain yang bahasanya berbeda. Dalam suatu bahasa biasanya ada yang namanya tingkatan bahasa. Ada bahasa yang digolongkan sebagai bahasa yang halus (sopan) dan ada bahasa yang kasar (kurang sopan). Sehingga kita  sebagai manusia selayaknya mampu menggunakan bahasa dengan baik seperti berbicara dengan bahasa yang sopan apabila kita berhadapan dengan orang yang lebih dihormati seperti orangtua. Namun hal ini bukan berarti kita hanya menggunakan bahasa yang sopan apabila berhadapan dengan orang yang lebih dihormati. Alangkah baiknya apabila kita bisa menggunakan bahasa yang sopan kepada semua orang agar kita bisa menjaga perasaan orang lain.

Apabila jaman dahulu manusia lebih banyak berkomunikasi secara langsung (face to face), hal ini berbeda halnya dengan yang terjadi di jaman sekarang. Perkembangan teknologi yang pesat di jaman modern ini menciptakan berbagai alat komunikasi yang bisa dimanfaatkan oleh manusia seperti telepon, hp, internet, dll. Alat komunikasi modern tersebut sebenarnya memiliki dua sisi bagi kehidupan manusia yaitu sisi positif dan sisi negatif. Mendekatkan manusia dengan manusia lain yang tinggalnya saling berjauhan adalah salah satu sisi positif dari alat komunikasi. Namun di sisi negatif, alat komunikasi sebaliknya bisa menjauhkan manusia dengan manusia lainnya seperti contohnya keberadaan hp bisa menjauhkan sebuah keluarga karena para anggota keluarga menjadi jarang berkomunikasi langsung dan lebih banyak menghabiskan waktunya berkomunikasi dengan rekan yang lain melalui hp. 

Dengan  semakin banyaknya alat komunikasi yang berkembang sekarang, manusia perlu mengambil sikap yang bijaksana untuk bisa memanfaatkan alat komunikasi tersebut dengan sebaik mungkin sehingga bisa membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik (kehidupan yang dipenuhi oleh rasa saling mengerti dan saling memahami antara manusia dengan sesamanya maupun antara manusia dengan seluruh bagian dari alam semesta ini).

Jumat, 15 Februari 2013

Enjoy the Peacefulness of Baduy


Cerita ini berawal dari kebersamaan yang terus tumbuh dan berkembang. Kebersamaan yang selalu dihiasi dengan semua rasa (senang, sedih, suka, duka, lelah, ceria,dll). Kami memutuskan untuk membebaskan semua rasa itu dengan melakukan sebuah perjalanan menuju suatu tempat. Tempat yang dapat membantu kami menyimpan semua rasa dalam sebuah kenangan. Kenangan yang bisa terus  dikunjungi kapan pun secepat kita berpikir.

Tempat yang kini telah menjadi kenangan itu bernama Baduy. Baduy adalah sebuah perkampungan yang terletak di kaki pegunungan desa Kanekes, Banten yaitu sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung dan terdiri atas tiga desa utama yaitu Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo. Sebutan Baduy ini adalah sebutan yang diberikan oleh masyarakat luar kepada masyarakat di perkampungan tersebut yang berarti masyarakat yang sering berpindah-pindah (nomaden). 


Berfoto sebelum memulai petualangan (Ciboleger)


Untuk menuju Cibeo bisa ditempuh melalui Ciboleger  dengan treking sekitar 8km. Kami tiba di Ciboleger jam 2 siang setelah perjalanan yang cukup panjang dari Bandung dan setelah sempat tersesat salah masuk tol. Setelah mengurus semua persyaratan untuk masuk ke perkampungan Baduy dalam barulah kami memulai perjalanan kami yang tak kan terlupakan. 

Kang Safri

Safri adalah orang Baduy dalam yang terpilih menjadi guide kami selama perjalanan menuju Cibeo. Ia adalah salah satu warga perkampungan Cibeo yang sangat mengenal medan menuju Cibeo. Dengan bantuan sebatang kayu, ia sangat tangguh dalam membantu kami membawa ransel dan perlengkapan selama di Baduy. Perjalanan ini membutuhkan stamina yang bagus karena kami harus naik turun bukit. Hal ini sangat menguji kesabaran dan ego kami. Kami awalnya harus melewati beberapa perkampungan Baduy luar sebelum bisa masuk ke dalam wilayah Baduy dalam. Jarak antar satu kampung Baduy luar dengan kampung lainnya cukup jauh. Di jalan kami sempat dihadang oleh hujan rintik-rintik namun beruntungnya hanya berlangsung sebentar sehingga medan yang kami lalui tidak terlalu licin. Sepanjang melewati perkampungan Baduy luar, teramati bahwa masyarakat perkampungan tersebut sudah banyak terkontaminasi budaya luar. 

Perkampungan Baduy luar


Wow serasa damai denger gemericik airnya

Selama berada di wilayah perkampungan Baduy luar, kami bisa menyimpan setiap kenangan yang kami lalui dalam sebuah foto. Namun tidak begitu halnya ketika kami memasuki perkampungan Baduy dalam, kami dilarang mengambil foto sehingga kenangan yang tercipta hanya bisa diingat dalam lubuk jiwa. Kami membutuhkan waktu sekitar 5 jam untuk sampai Kampung Cibeo. Sekitar jam 6 sore tibalah kami di perkampungan Baduy dalam dan kami disambut oleh warga perkampungan yang menatapi setiap langkah kami berjalan. 


Mr. Scorpio lagi marah gara-gara dideketin


Eh kaki seribu...mau kemana ya?

Pohon ajaib yang besar dan kokoh dengan akar menggantungnya

Ulat bulu yang cantik

Hai bunga...terbanglah

Jamur apa ya ini ?
Romantis euy...
Akhirnya mau sampai Cibeo

Senja mulai merayap datang
Kami kemudian menginap di salah satu rumah milik masyarakat Baduy dalam dan tinggal bersama keluarga Baduy tersebut walau hanya semalam. Mereka menyambut kami dengan ramah. Mereka bercerita tentang kehidupan di Baduy sementara kaum perempuan Baduy membantu kami memasak bahan makanan yang masih mentah yang kami bawa dari luar Baduy (beli di pasar). setelah berbincang-bincang, kami kemudian menyantap makan malam yang terasa sangat nikmat di lidah dan di perut terutama sambalnya (mungkin karena kami sangat kelaparan dan kelelahan selama perjalanan sehingga rasa makanannya sungguh luar biasa). Kami makan menggunakan mangkok batok kelapa. Kami tidak diijinkan menggunakan piring karena dianggap "pamali". Tempat minumnya juga unik karena menggunakan batang bambu. Ketika ada dari kami yang ingin ke belakang, mereka mengantarkan kami ke sebuah sungai yang terletak tidak jauh dari pemukiman. Dengan sebuah obor yang dibawa oleh Ibu tuan rumah kami, kami pun merayap menelusuri jalan setapak menuju sungai tersebut. Malam tersebut adalah malam yang indah karena kami bisa melihat bintang melayang bebas di alam terbuka tanpa harus dihalangi oleh gedung-gedung pancakar langit yang tinggi. angin-angin pun ikut bernyanyi pada malam itu sehingga suasana malam terasa semakin syahdu.
Akhirnya setelah semua ritual sebelum tidur selesai, barulah kami tidur saling berdampingan. Udara malam itu terasa cukup hangat. Namun tanpa disangka ketika menuju tengah malam, udara terasa semakin dingin. Kami saling merapat karena kami hanya membawa peralatan tidur seadanya. 

Ketika subuh menyambut, mulai terdengar suara berisik di luar tempat tinggal kami. Ternyata itu adalah para masyarakat Baduy yang siap-siap berangkat ke ladang untuk bekerja. Tuan rumah kami pun di saat subuh ternyata sudah bangun. Kaum perempuannya ternyata sudah mulai memasak. Ketika kami bangun, kami melihat beberapa masyarakat Baduy yang tersisa di rumah sementara saudara-saudara mereka telah berangkat terlebih dahulu ke ladang. Setelah mengumpulkan jiwa dan raga setelah tidur semalaman, kami pun menuju kembali ke sungai yang telah kami kunjungi sebelumnya saat gelap. Suasana ketika pagi hari di sungai tersebut terlihat sangat menyejukkan. Air sungainya begitu jernih meskipun tertutup oleh helaian daun yang telah gugur. Ternyata ada pembagian tempat antara kaum perempuan dan laki-laki di singai tersebut. Kaum laki-laki bisa menggunakan sungai di bagian hulu sedangkan kaum wanita tidak boleh, kaum perempuan diwajibkan menggunakan sungai di bagian hilir untuk cuci muka, mandi, buang air temasuk juga untuk mencuci.

Oya kami dilarang untuk menggunakan sabun, pasta gigi, detergen, atau sejenisnya saat berada di kawasan Baduy dalam, mungkin hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan di situ. Namun sunggguh disayangkan karena kami melihat banyak anak-anak Baduy yang mulai suka mengkonsumsi makanan ringan yang berasal dari luar Baduy dan membuang sampah kemasannya sembarangan. Mungkin mereka belum menyadari bahwa kemasan makanan ini dapat merusak lingkungan mereka sendiri. Tapi apa boleh buat karena kami hanyalah pendatang yang harus menghormati setiap aturan di tempat kami bertamu.  

Setelah selesai menikmati kesegaran air di sungai, kami pun sarapan bersama. Setelah sarapan kami ditawarkan barang-barang kerajinan khas Baduy lalu langsung saja beberapa dari kami membeli barang-barang tersebut sebagai kenang-kenangan sekaligus sebagai bentuk rasa penghargaan kami atas hasil buah tangan mereka yang terdiri atas gelang, tas, kain, pakaian, dll. Bahkan tanpa disangka driver kami yang awalnya bergaya ala anak-anak perkotaan seketika berubah menjadi orang Baduy abal-abal setelah membeli dan mengenakan langsung satu stel pakaian ala orang Baduy. Driver kami juga sempat diobati oleh orang Baduy karena ia sempat mengalami cidera saat perjalanan menuju Cibeo. 

Setelah hari mulai beranjak siang sekitar jam 10, kami berpamitan dengan keluarga Baduy yang telah mengijinkan kami tinggal di rumahnya. Tanpa disangka ternyata sepatu yang aku simpan di luar rumah hilang. Aku tidak menyangka ternyata di tengah masayarakat Baduy yang terkenal dengan kearifannya, ada saja orang-orang usil yang melakukan tindakan tersebut. Untungnya aku membawa cadangan sandal gunung sehingga aku tidak sampai pulang tanpa alas kaki. Walaupun sempat sedih karena kehilangan sepatu kesayangan, namun hal tersebut tidak mengurangi kekagumanku terhadap alam dan masyarakat perkampungan Baduy. 

OOOiiiiiii
Perjalanan pulang terasa lebih ringan dibandingkan saat menuju ke perkampungan karena rute yang kami lalui cenderung menurun walaupun sedikit licin. Sempat beberapa dari kami meluapkan rasa kegembiraan kami dengan bernyanyi maupun besenandung. Oya kami juga sempat melewati sebiah danau dimana ada orang yang sedang memancing di atas sebuah sampan bambu. Tentu saja kami tidak mau melewatkan keindahan danau ini dalam sekejab. Kami pun beristirahat cukup lama disini sambil membayangkan hal-hal yang menyenangkan yang kami bisa simpan dalam kenangan dari tempat ini.

Naga di pinggir danau



Setelah puas, barulah kami mengangkat kaki dan melanjutkan langkah kami kembali ke Ciboleger. Kami tiba kembali di Cibolegar vsebelum sore tiba. Ketika ingin bertemu dengan kang Emen (orang yang menjdi penghubung kami dengan orang-orang Baduy dalam), kami ternyata belum berjodoh karena ia sedang ada upacara panen di desa lain. Setelah beres-beres, kami pun pulang dengan mobil APV yang kami rental 2 hari dari Bandung. Sebelum pulang ke Bandung, kami mampir dulu ke rumah Ajeng di Serang untuk mandi setelah seharian tidak mandi di Baduy. Oya kami sempat berduka karena tanpa disangka pada hari tersebut, nenek Ajeng meninggal dunia (turut berduka cita Ajeng....maaf merepotkan). Setelah semua urusan tuntas, kami akhirnya sampai di Bandung subuh karena selama perjalanan kami pulang ke Bandung ternyata macet.

Dear God, thank you so much for this trip.

Kang Safri & Kang Ikbal
Hai this is me...
Ajeng
Wienny
Nisa lagi mengemis ke Flora
Flora si Miss Ubi
Eet... artis Korea
Aaaaa.... Pungky
Driver sebelum di make over
Driver setelah di make over

Gunung Merapi


Gunung Merapi (2.968) adalah salah satu gunung api yang aktif di Indonesia yang terletak di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pada tahun 2011 kemarin aku ikut tim Larva untuk mendaki gunung ini.


Aku berangkat dari Bandung sendiri dengan menggunakan bus dari Leuwi Panjang menuju daerah Cakung (basecamp  Larva). Setelah sampai terminal, lalu ada teman baru yang menjemput dan mengantar langsung ke basecamp. Selanjutnya berkenalan dengan teman baru yang baik hati lagi yang bernama Suci Melani. Di tempat kosan Suci Melani, aku akhirnya menginap sambil menunggu besok pagi acara keberangkatan menuju ke Gunung Merapi.

Pagi-pagi tanggal 23 Desember 2011, setelah sarapan barulah kami berkumpul dengan teman-teman pendaki lainnya. Setelah mengisi formulir pendaftaran dan berbagai kelengkapannya, barulah sekitar jam 9 kami dengan menggunakan bus. 

Basecamp Larva (peace)

Perjalanan menuju Yogyakarta ini ternyata terasa cukup lama dan bus kami sempat hampir mengalami kecelakaan karena bersinggungan dengan truk. Tetapi untunglah semuanya baik-baik saja.
Oya kami mau mendaki melalui jalur Jalur Selo, kami tiba di kaki gunung  sekitar jam setengah 3 subuh  dan kami menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak sebelum memulai pendakian di basecamp pendaki.

Basecamp tempat istirahat sementara

Ruangan di basecamp ini cukup luas dan dilengkapi dengan toilet seadanya serta toko souvenir.  Ketika pagi mulai tiba, kami semua sarapan (disiapkan oleh panitia), lalu barulah memulai petualangan. Suasana pagi itu penuh kabut sehingga jarak pandang tidak terlalu jauh. 

Baru bangun siap-siap mendaki

Pendakian dimulai dengan suasana berkabut

Sebentar lagi sampai di Hollywood (NEW SELO)



Dari basecamp, kami menuju ke Joglo yang bisa ditempuh dengan melewati jalan beraspal. Di joglo kami berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan di sekitar yang menawan. Tempat peristirahatan sementara tersebut sepintas seperti Hollywood.

Foto keluarga di Hollywood ala Indonesia

Seletah melewati Hollywood ala Indonesia, perjalanan dilanjutkan dengan melewati ladang yang berbatu  dan agak sedikit licin karena pada waktu itu turun hujan rintik-rintik. Jalur ini juga banyak semak-semak yang bisa menggores kulit. Setelah itu sampailah di Pos I.



Jalur agak becek seusai hujan

Dari batu ini pemandangannya seru






Waduh jalannya sempit






Wah gunungnya keren!!!

Suci tidur karena kelelahan





Setelah Pos I kita menuju ke Pos II yang harus melewati jalur bebatuan yang berukuran besar dan cukup curam sehingga kita perlu lebih berhati-hati. Karena harus behati-hati, aku memerlukan waktu yang cukup lama juga untuk menuju pasar bubrah. 




Pasar bubrah terletah di lembah yang berbatu. Di tempat ini kita bisa melihat puncak-puncak Gunung Merapi termasuk Puncak Garuda. Tapi sayangnya kami waktu itu tidak diijinkan panitia untuk mendaki sampai ke Puncak Garuda karena area menuju puncaknya masih rawan longsor dan penuh pasir pasca letusan Gunung Merapi yang dahsyat kemarin. Suasana pada saat waktu itu juga kurang mendukung karena puncak terus diselimuti kabut sehingga menghalangi jarak pandang.  Pendakian dari selo menuju ke puncak Gunung Merapi ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam dan turunnya membutuhkan waktu 3 - 4 jam.

Bebatuan yang mirip wajah


Berfoto di tugu



Foto keluarga diselimuti kabut