Tak terasa langkah kaki menuntun saya menuju ke sebuah tempat eksotis yang bernama Pelabuhan Buleleng, di Bali bagian utara. Singaraja yang menjadi
ibu kota Buleleng menjadi salah satu kota tua di Bali yang wajib untuk
ditelusuri nilai-nilai sejarahnya. Pelabuhan Buleleng dulunya adalah dermaga
terbesar di Bali yang sekaligus menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan yang
terpenting. Kemasyuran Pelabuhan Buleleng kini semakin pudar
setelah dipindahkannya pusat pemerintahan dari Bali bagian utara ke Bali bagian
selatan (Denpasar). Namun meskipun demikian, tempat ini telah berhasil menjadi
saksi perjuangan rakyat Bali melawan penjajahan kolonial Belanda.
|
Pelabuhan Buleleng |
Momen
terindah untuk mengenang kemasyuran Pelabuhan Buleleng adalah dikala senja. Sebelum
sang surya menenggelamkan dirinya ke balik cakrawala, sempatkanlah untuk
mengunjungi kelenteng yang berada di dekat pintu masuk pelabuhan.
|
Kelenteng di Pelabuhan Buleleng |
Ketika
saya mengunjungi tempat tersebut, penjaga kelenteng menyambut dengan ramah dan
mempersilakan saya untuk masuk berkeliling. Ketika saya ingin memanjatkan doa,
sang penjaga pun dengan senang hati menjelaskan ritual berdoa dan urutannya. Setelah berdoa, saya pun melakukan ciamsi. Ritual ciamsi merupakan bagian terunik yang paling saya sukai setiap kali saya mengunjungi kelenteng. Ciamsi sebenarnya adalah sebuah teknik
meramal dengan mengocok sekumpulan bambu pada wadahnya untuk memohon petunjuk
kepada para dewa atas permasalahan yang kita hadapi.
|
Batang-batang bambu dan syair |
Oya, tidak
semua orang bisa melakukan ritual ini karena diperlukan kepercayan dan
keteguhan hati. Apapun bisa terjadi apabila kita percaya, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Jika seandainya ada sedikit keraguan dalam hati maka para dewa pun biasanya tidak
akan mengijinkan kita melakukan ciamsi. Hasil dari ciamsi yaitu berupa selembar
kertas yang berisi syair-syair yang menjadi jawaban tersirat atas permasalahan yang kita pertanyakan (boleh percaya dan boleh tidak, tergantung olahan masing-masing).
|
Sang Surya menenggelamkan dirinya |
Setelah
mendamaikan hati sejenak di kelenteng, tibalah waktunya menyaksikan keindahan
sunset. Orang-orang pun berjajar di sekitar pantai sambil bercengkrama ataupun
memancing. Perubahan warna langit senja bisa terlihat dengan jelas.Cahaya-cahaya yang dipancarkan oleh sang surya kepada sang langit tampak semakin
menawan seolah-olah dihiasi warna pelangi. Riak-riak kecil dan tiupan angin pantai pun
seakan ikut mengiringi pergantian senja menuju malam. Perlahan-lahan kita bisa
melihat satu per satu bintang bermunculan di langit. Cahaya-cahaya lampu dari
restoran terapung juga ikut memberi suasana romantis yang sayang sekali untuk dilewatkan.
|
Bintang pertama |
|
Cahaya dari restoran terapung |
Andai ada satu cara tuk kembali menatap agung surya-Mu
Lembayung Bali
kharis pulang kampung nih :)
BalasHapushahaha....iya sekalian jalan2
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus