Rabu, 03 Juli 2013

Lembayung Bali di Pelabuhan Buleleng


Tak terasa langkah kaki menuntun saya menuju ke sebuah tempat eksotis yang bernama Pelabuhan Buleleng, di  Bali bagian utara. Singaraja yang menjadi ibu kota Buleleng menjadi salah satu kota tua di Bali yang wajib untuk ditelusuri nilai-nilai sejarahnya. Pelabuhan Buleleng dulunya adalah dermaga terbesar di Bali yang sekaligus menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan yang terpenting. Kemasyuran Pelabuhan Buleleng kini semakin pudar setelah dipindahkannya pusat pemerintahan dari Bali bagian utara ke Bali bagian selatan (Denpasar). Namun meskipun demikian, tempat ini telah berhasil menjadi saksi perjuangan rakyat Bali melawan penjajahan kolonial Belanda.

Pelabuhan Buleleng
Momen terindah untuk mengenang kemasyuran Pelabuhan Buleleng adalah dikala senja. Sebelum sang surya menenggelamkan dirinya ke balik cakrawala, sempatkanlah untuk mengunjungi kelenteng yang berada di dekat pintu masuk pelabuhan.

Kelenteng di Pelabuhan Buleleng

Ketika saya mengunjungi tempat tersebut, penjaga kelenteng menyambut dengan ramah dan mempersilakan saya untuk masuk berkeliling. Ketika saya ingin memanjatkan doa, sang penjaga pun dengan senang hati menjelaskan ritual berdoa dan urutannya. Setelah berdoa, saya pun melakukan ciamsi. Ritual ciamsi merupakan bagian terunik yang paling saya sukai setiap kali saya mengunjungi kelenteng. Ciamsi sebenarnya adalah sebuah teknik meramal dengan mengocok sekumpulan bambu pada wadahnya untuk memohon petunjuk kepada para dewa atas permasalahan yang kita hadapi. 

Batang-batang bambu dan syair

Oya, tidak semua orang bisa melakukan ritual ini karena diperlukan kepercayan dan keteguhan hati. Apapun bisa terjadi apabila kita percaya, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Jika seandainya ada sedikit keraguan dalam hati maka para dewa pun biasanya tidak akan mengijinkan kita melakukan ciamsi. Hasil dari ciamsi yaitu berupa selembar kertas yang berisi syair-syair yang menjadi jawaban tersirat atas permasalahan yang kita pertanyakan (boleh percaya dan boleh tidak, tergantung olahan masing-masing).

Sang Surya menenggelamkan dirinya

Setelah mendamaikan hati sejenak di kelenteng, tibalah waktunya menyaksikan keindahan sunset. Orang-orang pun berjajar di sekitar pantai sambil bercengkrama ataupun memancing. Perubahan warna langit senja bisa terlihat dengan jelas.Cahaya-cahaya yang dipancarkan oleh sang surya kepada sang langit tampak semakin menawan seolah-olah dihiasi warna pelangi. Riak-riak kecil dan tiupan angin pantai pun seakan ikut mengiringi pergantian senja menuju malam. Perlahan-lahan kita bisa melihat satu per satu bintang bermunculan di langit. Cahaya-cahaya lampu dari restoran terapung juga ikut memberi suasana romantis yang sayang sekali untuk dilewatkan.

Bintang pertama
Cahaya dari restoran terapung

Andai ada satu cara tuk kembali menatap agung surya-Mu
Lembayung Bali


3 komentar: