Setelah ditelusuri lebih jauh dari
berbagai sumber, ternyata wine salak ini diproduksi di salah satu tempat
ter-awesome di Bali yang bernama Karangasem. Akhirnya saya memutuskan untuk
menelusuri asal muasal wine salak bersama adik laki-laki saya ketika saya mengunjungi keluarga besar di Bali.
Dengan mengendarai sepeda motor, kami
berangkat dari Sukawati menuju Karangasem melalui Jalan Prof. Dr. Ida Bagus
Mantra. Selama perjalanan, kami sempat melintasi beberapa obyek wisata yang cukup
terkenal di Bali seperti Goa Lawah dan Candi Dasa. Kondisi jalan yang menanjak
dan banyak tikungan membuat perjalanan kami membutuhkan waktu yang cukup lama.
Akhirnya setelah 2 jam perjalanan, tibalah
kami di Desa Agro Wisata Sibetan Karangasem. Sesampainya di Desa Sibetan, kami kemudian
bertanya kepada beberapa penduduk sekitar mengenai lokasi pabrik yang memproduksi wine
salak. Berdasarkan informasi yang kami peroleh, pabrik tersebut terletak di Banjar Dukuh.
Sepanjang perjalanan menuju Banjar Dukuh, terlihat
banyak sekali perkebunan salak di sisi kanan dan kiri jalan. Setiap rumah
sepertinya memanfaatkan lahan kosong mereka untuk menanam salak yang sudah
mencari ciri khas Desa Sibetan. Ketika tiba di Bale Banjar Dukuh, kami sempat
kebingungan karena tidak ada petunjuk mengenai lokasi pabrik tersebut. Namun untung saja
ada penduduk sekitar yang kemudian menolong kami menemukannya.
Pabrik wine salak berada di sebelah kanan Bale Banjar Dukuh. Kami harus menyusuri
sebuah gang kecil yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda 2. Sesampainya di
pintu gerbang pabrik, teramati suasana pabrik yang sepi seakan tidak berpenghuni. Namun dari luar bisa tercium aroma alkohol yang meyakinkan kami
bahwa itulah lokasi yang kami tuju.
Lokasi pabrik wine salak |
Setelah masuk ke dalam pabrik, ternyata
ada 2 orang karyawan pabrik yang sedang bekerja. Salah satu karyawan yang
bernama Bli Kadek Putra yang kemudian menjelaskan kepada kami tentang proses pembuatan wine
salak.
Menurut Bli Kadek Putra, usaha wine salak pertama kali dirintis sejak tahun 1997 dengan dilatar belakangi banyaknya buah salak yang dihasilkan oleh para petani salak di Desa Sibetan. Ketika musim salak tiba, harga salak biasanya anjlok sehingga hal tersebut sangat merugikan para petani salak. Agar harga jual salak meningkat maka sekelompok warga Banjar
Dukuh berinisiatif mengolah salak menjadi wine.
Sampai
saat ini, produksi wine salak masih terbatas dalam hal jumlah dan lingkup daerah pemasarannya. Wine salak khas Desa Sibetan ini belum banyak dipasarkan di daerah di luar Karangasem. Walaupun sudah mendapatkan ijin dari BPOM, usaha wine salak masih menemui hambatan dalam permodalan dan hak paten. Wine salak belum berhasil mendapatkan
hak paten karena namanya yang kurang sesuai. Umumnya sebutan wine baru bisa
diberikan untuk hasil olahan minuman fermentasi yang terbuat dari anggur.
Suasana di dalam pabrik |
Saat berkunjung, kami belum berhasil
menemukan lokasi toko yang memasarkan wine salak di Desa Sibetan. Oleh karena itu, kami memutuskan membeli wine salak di pabriknya langsung. Selain wine salak, ada juga wine ubi. Kami sempat diberi kesempatan
mencicipi kedua jenis wine tersebut. Wine ubi rasanya lebih manis daripada wine
salak. Warna wine salak agak bening sedangkan wine ubi berwarna ungu karena terbuat dari ubi ungu. Dilihat dari segi kandungan alkoholnya, wine salak memiliki kandungan alkohol yang lebih tinggi daripada wine ubi yaitu
sekitar 13%. Dengan harga seratus ribuan, kita sudah bisa membawa pulang
sebotol wine salak khas Desa Sibetan Karangasem Bali.
Bersama Bli Kadek Putra
|
Note :
Apabila kesulitan menemukan lokasi wine
salak ini, bisa pesan langsung dengan menghubungi :
Mobile : +6281 353 166 354
Email : dukuhlestari@yahoo.co.id
atau
Bli Kadek Putra 08170762735
Tidak ada komentar:
Posting Komentar