Selasa, 29 Maret 2011

GUNUNG TAMPOMAS


Gunung Tampomas adalah salah satu gunung di Jawa Barat yang terletak di Kabupaten Sumedang. Taman Wisata Alam Gunung Tampomas masuk Kecamatan Buahdua, Congeang, Sidang kerta dan Cibereum Kabupaten Sumedang. Keadaan Taman Wisata ini bergunung-gunung dengan ketinggian antara 625-1.685 meter di atas permukaan laut dan seluas 1 Ha. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di gunung Tampomas temasuk iklim tipe B dengan curah hujan rata-rata 3.158 mm per tahun. Puncak Gunung Tampomas disebut Sangiang Taraje. Lokasi ini sangatlah keren karena dari puncak kita bisa melihat pemandangan alam yang indah ke arah Sumedang dan sekitarnya. Ada juga lubang-lubang bekas kawah dan batu-batu besar berwarna hitam yang menambah keindahan lokasi ini bagi yang bisa melihatnya.

Badan gunung ini dikellingi oleh 5 kecamatan (Cimalaka, Paseh, Conggeang, Buahdua dan Tanjungkerta). Masing-masing kecamatan memiliki air terjun dan beberapa mata air. Keistimewaan dari wilayah Sumedang ini adalah mempunyai sebuah gunung yang nunggal jadi tidak heran kalau Gunung Tampomas itu sangat dikeramatkan. Asal nama Sumedang adalah Su -Medang-Larang. Su berarti bagus, sae, elok. Medang berarti wilayah yang bersinar, tempat yang bercahaya, terang, caang, madangan. Larang berarti mahal, tiada bandingannya.

Semula gunung Tampomas bernama gunung Gede dan sebelumnya bernama gunung Geulis. Namun orang Indramayu yang mengkeramatkan gunung tersebut menyebutnya dengan Gunung Tampomas. Tampomas berasal dari kata Tampo Emas yang berarti yang menerima emas (berupa senjata pustaka yang terbuat dari logam mas yang disebut dengan Pendok Mas yang disimpan di Puncak gunung dengan cara supranatural agar gunung itu tidak meletus maka alhasih Conggeang sebagai buangan gas dan air panas dari dalam perut gunung). Menurut sejarah gunung Tampomas dulunya sering meletus dan berakibat masyarakat sekitar gunung menderita.

Gunung Tampomas dihuni oleh pelbagai jenis fauna seperti trenggiling, owa yang mukanya berwarna hitam, lutung dan monyet biasa. Ada juga Harimau Lodaya, Harimau Kumbang, Harimau Tutul, Meong Congkok, Landak, berbagai jenis ular dan kaljengking.Adapun flora yang ikut menghuni gunung ini seperti Jamuju, Rasamala, dan Saninten.

Ada yang lebih menarik lagi ternyata kurang lebih 300 meter ke arah Puncak Taraje atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pasarean terletak makam keramat. Kedua makam tersebut merupakan peninggalan (patilasan) dari Dalem Samaji dan Prabu Siliwangi pada zaman Kerajaan Pajajaran.



7 petualang

Pada hari Sabtu tanggal 26 Maret 2011, aku ikut berpetualang bersama keenam orang temanku (Hendi, Topik, Wiwit, Ilham, Halim,Yudi) melihat keindahan Gunung Tampomas di Sumedang. Awalnya kami berkumpul di Bundaran Cibiru, kebetulan aku hanya mengenal Bu Wiwit dan Om Hendi saja dan baru mengenal teman-teman lainnya pada hari itu. Semua tim baru berkumpul semua pukul 06.00 (harusnya pukul 05.00...he he he seperti biasa macet). Lalu setelah semua berkumpul barulah kami berangkat dengan motor (Bu Wiwit dibonceng oleh Yudi karena masih kurang fit, aku bersama Om Hendi, Topik sendiri, Halim sendiri) dan menuju ke IPDN Jatinangor menunggu Ilham datang. Dari Jatinangor kami kemudian langsung meluncur ke Sumedang.

Berkumpul di IPDN Jatinangor

Pada saat perjalanan menuju ke Sumedang Om Hendi, aku, dan Ilham kena tilang karena dianggap menerobos lampu merah padahal ada juga mobil di depan kami yang menerobos lampu merah dan tidak dikenai sanksi oleh si polisi (lolos begitu saja....huh...ga adil). Lampu merahnya kurasa juga kurang strategis dan pasti banyak orang yang ragu-ragu ataupun tidak melihat kalau di daerah tersebut ada lampu lalu lintas. Pada saat kejadian di depan lampu lalu lintas sudah siap menunggu polisi yang mencari mangsa empuk. Akhirnya dengan nego-nego yang cukup lama sekitar setengah jam, kami akhirnya dibebaskan setelah memasukkan uang Rp 10.000 ke dalam kotak yang sudah disiapkan oleh polisi (yap...anggap saja uang hilang karena beli sarapan).

Pukul setengah delapan kami akhirnya tiba di kawasan Gunung Tampomas dari hasil tanya sana-sini masyarakat sekitar karena tidak ada satu pun dari kami yang pernah ke lokasi ini. Sesampainya di situ, Bu Wiwit langsung membeli kerupuk segunung untuk cadangan makanan di rumahnya. Lalu kami bertemu dengan juru kunci Gunung Tampomas ini yang bernama Pak Kasmad yang kini telah berusia 79 tahun dan sudah menjadi juru kunci sejak tahun 1950 (wow.....belum lahir aku). Sesampai di rumah beliau, kami disambut dengan ramah dengan minuman (teh, kopi, air segar...baik sekali ya...) dan kami juga diminta untuk mengisi buku tamu dan membayar iuran masuk Rp 3.000.


Rumah Juru Kunci Gunung Tampomas
Ternyata saat kami datang, ada banyak pendaki juga yang mau memulai pendakian, mereka adalah rekan-rekan dari ITB yang mungkin mau mengadakan penelitian. Dengan pakaian kebesarannya (baju tentara) dan sebuah senjata terpasang di pinggangnya, Pak Kasmad bersedia mengantarkan kami untuk mendaki gunung. Sebelum memulai pendakian kami berfoto bareng dulu nich.

Foto Bareng Juru Kunci
Tepatnya pukul 09.oo pendakian pun dimulai, jalur pandakian yang kami ambil asyik sekali dan tidak terlalu licin meskipun sempat turun hujan rintik-rintik. Selama perjalanan Pak Kasmad banyak berbagi cerita tentang sejarah Gunung Tampomas dan pengalamannya sebagai juru kunci. Ia juga sempat mengunjungi ladangnya yang dilindungi oleh anjing-anjing peliharaannya yang berjumlah 11 ekor (busyet...banyak amat). Tugas anjing-anjing tersebut ternyata adalah untuk berburu babi hutan (bagong) yang banyak berkeliaran di gunung ini dan sering memakan tanaman yang ditanam oleh para petani (hiks...tapi kasian anjingnya kurus-kurus....coba aku yang dikasi 1 pasti akan kurawat baik-baik dan mereka tidak akan kurus kelaparan). Pada saat berjalan ternyata memang benar kami melihat jejak si babi hutan yang masih segar dan mencium bau khas babi.

Anjing Penjaga Yang Kurus
Jejak Kaki Babi Hutan

Kami menampung persedian air sebelum mencapai puncak dengan menggunakan botol jirigen dan botol minuman ukuran besar di mata air dekat warung milik Pak Kasmad sambil beristirahat sejenak melepas lelah serta menungu kedatangan tetua kami yang ketinggalan di belakang. Akhirnya dengan semangat yang berkobar-kobar, sang bapak tetua (Om Hendi) berhasil menyusul kami dan kami pun memberikan acara penyambutan dan sesi pemotretan sebentar.

Tetua tepar selama perjalanan


Setelah sedikit puas melepas lelah, petualangan dilanjutkan kembali.Sesampainya di batu kukus, kami pun dengan berat hati harus berpisah dengan Pak Kasmad karena beliau harus menghadiri rapat para juru kunci (kayak DPR aja ya...ada rapat segala). Sebelum berpisah, beliau banyak bercerita terutama cerita tentanng sebuah batu yang menjadi tempat duduk Prabu Siliwangi.
Batu Kukus

Berpisah di Batu Kukus dengan Juru Kunci

Tempat duduk Prabu Siliwangi

Meskipun tidak ditemani lagi, kami tetap bersemangat melanjutkan perjalanan. Kami melewati sebuah kawah yang bernama Kawah Tampomas yang lebih terlihat seperti jurang. Menurut informasi sebenarnya di sini juga terdapat gua alam lho tapi kami tidak tahu yang manakah gua yang dimaksud tersebut. Mungkin yang ini (salah satu gambar yang diambil Om Hendi).


Bibir Kawah Tampomas
Dengan penuh perjuangan kami harus melewati tanjakan yang sangat terjal sebelum menuju puncak (seperti mendaki tebing). Kami pun tiba di puncak kira-kira pukul 12.00 (horee..... berhasil). Sesampainya di atas kami langsung mengisi perut yang kelaparan dan mempersiapkan acara ngeliwet yang dipimpin olek Koki Topik. Selisih waktu sejam kemudian datanglah tetua kami dengan wajah kelelahan tapi puas (ha ha ha selamat ya om hendi).Acara ngeliwet diselingi dengan acara foto-foto narsis. Di puncak ini ada sebuah batu yang dulu sebenarnya berfungsi sebagai gudang (entah gudang apa??? ada yang tahu ga???). Sungguh disayangkan, ketika kami sampai di puncak cuaca kurang mendukung. Turun hujan rintik-rintik dan rada takut juga karena ada petir bersautan.
Membongkar persedianan makanan sesampainya di puncak


Gudang

Puncak
Berpose di atas gudang

Ternyata di puncak banyak pacet yang sempat berhasil meminum darahnya Halim (mungkin darah Halim paling manis diantara darah orang-orang lainnya...yuks calon pengganti umbrella girl).

Pacet tersangka penghisap darah

Calon pengganti umbrella girl 

Umbrella boy
Setelah nasinya masak, nasi liwet versi Gunung Tampomas pun dimulai, semua bahan yang ada di campur seperti kacang atom, sayur, cumi-cumi asin, ikan darat, nasi kuning plus telur-telurnya, tahu dan sosis serta yang tidak kalah menggodanya adalah sambal terasi nya Bu Wiwit yang sangat super dahsyat sampai satu persatu dari kami akhirnya pun menyerah (tumbeng) untuk memakan nasi liwet super dahsyat itu. 
Ngaliwet sambil curhat

Makan nasi liwet


Liwet samabl terasi super dahsyat
Pada saat kami di puncak, ada 7 pendaki yang masih muda (SMP) yang tidak menemukan sumber air sedikit pun selama perjalanan menuju puncak. Mereka terlihat kehausan sehingga kami memberikan sebagaian persediaan makanan dan minuman kami. Kami menyarankan mereka untuk mengumpulkan persediaan air dahulu di jalur pendakian yang telah kami lewati sebelum memutuskan untuk membangun tenda di puncak.

7 pendaki muda lagi meminta saran

Sholat bersama di Puncak Tampomas

Pukul 15.00, kami turun dari puncak dengan cuaca hujan. Setelah semua dibereskan dan semua tim sudah melengkapi persenjataannya dengan memakai jas hujan, kami pun turun dengan perut kenyang dan cukup puas. Aku, Om Hendi dan Bu Wiwit berada di barisan paling depan sedangkan sisanya membentuk barisan belakang mungkin sambil bergosip antar lelaki.Untuk turun dari puncak sampai ke rumah Pak Kasmad kami membutuhkan waktu sekitar dua setengah jam, pukul 17.00 kami pun sampai.

Barisan belakang siap berangkat

Sambil menunggu barisan belakang datang, barisan depan minum teh dan kopi serta meminta didoakan oleh Pak Kasmad. Om Hendi minta agar dia dan keluarga selalu sehat dan selamat. Ibu Wiwit minta agar anak bungsunya rajin sekolah. Aku minta apa ya???? (rahasia aja....). Barisan belakang akhirnya tiba pada pukul 18.00 karena sandalnya Topik putus dan sandalnya Halim licin jadi mereka terpaksa nyeker sehingga jalannya pelan-pelan saja (kayak lagunya Kotak).


Juru kunci lagi mendoakan kemenyan

Narsis sambil menunggu barisan belakang tiba

Nasib baik ternyata berpihak, baru pertama kalinya aku bertemu dengan juru kunci yang sangat baik yang menyediakan makanan untuk para pendaki. Masakan yang disajikan adalah sebakul nasi, ikan mujair, sayur poh-pohan, sambal oncom, bonteng, tempe (yummy...enak sekali...kayaknya hasil kebunnya deh yang dimasak). 
Makanan desa...Yummy

Asyiknya makan bersama

Setelah kenyang dan memberikan sedikit uang kepada Pak Kasmad sebagai ucapan terima kasih, kami pun pamit pukul 18.45. Kondisi jalan saat pulang agak senggang karena hujan dan aku setengah perjalanan dibonceng sama Topik karena si Om Hendi kurang fit (masuk angin) dan ia habis minum obat+sprit jadi kemungkinan besar mengantuk saat perjalanan. Setelah melewati Jatinangor, kami bersitirahat sebentar melemaskan otot yang pegal-pegal akibat kelamaan mengendarai motor. Pukul 22.00 aku sampai rumah diantar Om Hendi dengan mata yang sudah mengantuk sekali (selama perjalanan aku nyanyi mulu biar ga ketiduran...semoga Om Hendi ga budek denger suaraku yang merdu...wkwkwk). Terima kasih ya teman-teman semua dan ditunggu next trip nya. Semangat.

Gunung Tampomas

Senin, 21 Maret 2011

[Gatotkaca] Negeri Samurai-Jepang

Setelah kemarin asyik berpetualang menggunakan sapu terbang ke Negeri Haca-Haca, kali ini giliran teman-teman Gatotkaca diajak melanjutkan petualangan keliling dunia menggunakan perahu menuju Negeri Samurai-Jepang.

SAMURAI

Pada suatu sore di musim semi, teman-teman Gatotkaca bertemu dengan Putri Syalala dan Pangeran Dandan di sebuah taman. Putri Syalala dan Pangeran Dandan sedang menikmati keindahan bunga sakura di musim semi sambil menikmati secangkir teh dan mencicipi kue moci yang manis. Bersama Putri Syalala dan Pangeran Dandan, teman-teman Gatotkaca diajak mengenal Negeri Samurai-Jepang seperti mengenal kebiasaan minum teh, menggunakan sumpit saat makan, mengenal baju khas kimono, mengenal bunga sakura, bahasa serta bendera Jepang. Oya tidak ketinggalan juga Sang Pangeran mengajarkan teman-teman Gatotkaca tentang seni origami. Mereka diajak membuat boneka tangan (anjing) dari kertas lipat warna-warni.

PUTRI SYALALA DAN PANGERAN DANDAN

Selain itu, ternyata saat berkunjung ke Negeri Samurai-Jepang teman-teman Gatotkaca diberikan hadiah sebuah topi samurai yang harus mereka hias sekeren mungkin bersama mama papa di rumah. Teman-teman Gatotkaca juga diajak berkarya ikan koi warna-warni lho dan membuat bendera khas Jepang. Ini dia hasil karya yang berhasil dibuat oleh teman-teman Gatotkaca.


TOPI SAMURAI
TOPI SAMURAI
TOPI SAMURAI
PASUKAN SAMURAI BERAKSI
IKAN KOI DAN BENDERA JEPANG


Senin, 14 Maret 2011

[Gatotkaca] Loncat Ular

Skipping biasanya dipakai secara perorangan untuk meloncat namun bagi teman-teman Gatotkaca ada cara lain menggunakan alat ini sehingga bisa menjadi sebuah permainan yang asyik. Satu skipping dipegang oleh dua orang dan direntangkan sambil digoyang-goyangkan layaknya seekor ular yang sedang meliuk-liuk. Liukan tali skipping yang seperti ular memancing teman-teman Gatotkaca yang lainnya untuk meloncati ular tersebut. Mereka berusaha meloncat setinggi mungkin agar si ular tidak sampai terinjak. Teman-teman Gatotkaca memegangi tali skipping secara bergantian dengan teman-teman yang lain agar semua mendapat giliran meloncat. Teman-teman Gatotkaca bermain loncat ular ini dengan semangat meskipun matahari siang  terasa sangat terik.






Sabtu, 05 Maret 2011

Behind the Scene (Foto Pre Wedding FunRik)

Pada zaman sekarang, mungkin merupakan suatu hal yang penting bagi beberapa orang untuk memasukkan foto prewedding ke dalam agenda pernikahan. Mungkin ini sama pentingnya dengan menyematkan cincin kawin pernikahan dan bisa juga sebagai pengingat masa-masa indah si pengantin sebelum mereka memutuskan untuk menikah. Namun keterbatasan waktu ataupun dana menjadi salah satu kendala dalam pembuatan foto pre wedding. Untuk itu, perlu pemikiran kreatif dalam membuat album pre wedding yang murah tapi menarik dan terkenang selalu bagi si pengantin sampai mereka tua nanti.


Salah satu pembuatan foto prewedding yang pertama kali aku ikuti prosesnya adalah foto pre wedding FunRik (singkatan dari Funy dan Erik). Jadi yang akan aku ceritakan kali ini bukanlah hasil foto pre wedding FunRik tapi proses di balik layar pembuatan foto prewedding tersebut.


Hari Selasa tanggal 15 Februari 2011, semua tim berkumpul di rumah kediaman Funy. Adapun tim yang berkumpul yaitu :


1. Dhila (fotografer) 
2. Wienny (fotografer cadangan)
3. Laras (pengarah gaya)
4. Kharis (ga jelas)


Kita baru bisa berkumpul semua di rumah kediaman Funy sekitar pukul 08.00 (harusnya sih pagi2 pukul 06.00 tapi karena faktor telat dan miss comunication jadinya telat 2 jam deh....). Sambil menunggu semua tim berkumpul, kita sarapan dulu dan nonton film New Moon.


Saat semua sudah berkumpul, Laras langsung mendadani Funy biar cantik dan anggun (ya sekitar sejaman lah...).  Lalu sekitar pukul 09.00 kita langsung berangkat ke tempat tujuan pemotretan pertama di Lembang. Namun selama perjalanan, kita sempat mampir dulu membeli tahu tauhid untuk mengganjal perut.



Laras-Dhila-Kharis-Wienny lagi nunggu tahu
(K'Wienny lagi foto Kharis ya....he he he...jadi malu)


Akhirnya tahu baru bisa dimakan di lokasi pemotretan pertama yaitu di sekolah tempat kerjanya si Erik (calon pengantin pria) karena tahunya panas banget.



Kharis: Tahunya panas dan enak
Fun : makan yang banyak ya...biar banyak tenaga
Dhila : jangan ngelirik tahunya terus...ga bakalan habis kok
Wienny: lagi fokus banget makan tahunya
Laras : gigitan pertama

Oke setelah perut kenyang, kita pun menuju lokasi pemotretan pertama yaitu kebun anggrek. Tapi seperti biasa, bernasis ria dulu nih...



Funy gaya jongkoknya preman juga ya....

Akhirnya sampai juga nih di kebun anggrek dengan sedikit perjuangan karena jalannya sedikit menanjak.

Ini nih... calon pengantin kita... Funy dan Erik 
Selanjutnya lokasi kedua adalah kandang sapi. Ini dia hasilnya...

Astaga....kok Funy dan Erik berubah jadi sapi ya...
Maaf ternyata foto di balik layarnya saat di kandang sapi dirahasiakan dulu deh....
Yah karena hari sudah siang, kita langsung menuju tempat selanjutnya yaitu Subang. Tapi karena perjalanannya cukup lama maka kita memutuskan untuk makan siang dulu deh sebelum pemotretan sesi selanjutnya dilaksanakan. Seperti biasa karena kita lagi di tanah Sunda makanya rumah makannya yang dipilih adalah rumah makan Sunda aja deh....


Menu makan siang
Setelah perut kenyang dilanjutkan dengan acara minum es kelapa muda. Segeeerrrr...



Biar murah...es kelapanya satu berdua aja...
Ternyata dirumah makan tersebut ada tempat pembuatan tahu juga.

Pembuatan tahu

Oke selanjutnya menuju ke sawah milik Bapak Haji tapi sebelumnya ternyata sempat mampir dulu ke toko masnya Bapak Haji. Oya banyak pemandangan yang indah selama perjalanan lho... Setelah sampai tujuan pemotretan, kita langsung menurunkan semua peralatan properti pemotretan dan menempatkannya di suatu saung. Selama menunggu pengantinya make up ulang karena tadi sudah luntur di jalan, saatnya bernarsis ria dulu deh...

Meuni geulis...
Gila-gilaan....

Jadi ceritanya di lokasi pemotretan di Subang ini, Erik berperan sebagai petani jaman dulu. Saat matahari berdiri di atas kepala dan ia bersinar dengan teriknya, maka saatnya pak tani beristirahat sejenak dari pekerjaannya. Pada saat itu juga datangnya istrinya pak Tani yaitu bu tani cantik yang bernama Funy membawa makanan dan minuman untuk suami tercinta...swit...swit...

Mengambil foto dari berbagai gaya dan sudut

Erik asa mirip si Pitung bawa golok


Tim juri sibuk menilai hasil foto....lagi serius jadi ga boleh diintip ya...
Oya ada kejadian yang sayang untuk dilupakan. Saat mengangkut properti Laras terperosok ke kubangan lumpur dan dengan berat hati celananya menjadi korban. Semoga Laras bisa mendapat pengganti celana yang baru ya.... amin.



Sesi pemotretan foto prewedding di sawah diakhiri dengan foto-foto narsis lagi nih...


Foto Keluarga
Setelah itu kita ditaktir makan sate sama Bapak Haji. Namun sayang seribu sayang, meskipun lapar aku dan Wienny ga makan daging euy...jadinya kami menikmati senja aja di pinggir sungai deket rumah makan...tapi seru juga lho....


Sesi pemotretan sebenarnya masih dilanjutan di Braga tapi karena sudah malam dan aku memiliki batas jam malam pukul 21.00 maka tidak bisa mengikuti sesi pemotretan malam. Dari pagi sampai malam...melelahkan namun seru...asyik....
Berharap hasil foto pre weddingnya FunRik bisa keren dan berkesan bagi mereka.
Sudah tidak sabar melihat hasilnya.
Selamat menempuh hidup baru ya... Funy dan Erik....semoga langgeng selalu...