Minggu, 22 Februari 2014 merupakan hari
istimewa bagi seluruh keluarga besar Semi Palar karena di hari tersebut para
orangtua bisa melebur menjadi satu dalam kegiatan “Pertemuan Orangtua Semi
Palar”. Kegiatan yang diadakan di Tizi Restaurant Bandung ini mengangkat tema “Magic Parenting” dengan Gobind Vashdev
sebagai nara sumber.
Pertemuan orangtua tepat dimulai pukul
08.00 dan dibuka dengan kata sambutan dari Kak Iden selaku pembawa acara dan
kemudian dilanjutkan pembacaan puisi karya W.S. Rendra oleh Kak Arry. Puisi
berjudul “Makna Sebuah Titipan” menjadi pintu gerbang dibukanya diskusi seru tentang
bagaimana orangtua seharusnya memandang anak sebagai salah satu titipan Tuhan.
Sebelum memulai diskusi seru, Gobind sebagai
nara sumber terlebih dahulu memperkenalkan dirinya dengan diawali sapaan “Selamat
Pagi”. Gobind Vashdev berasal dari keluarga keturunan India yang lahir di
Surabaya dan sempat tinggal di Jakarta. Kini, ia memilih menetap di sebuah desa
di Ubud, Bali bersama istri (Kartika) dan anaknya (Rigpa). Pekerjaan Gobind
adalah berbagi dengan siapa pun termasuk berbagai melalui tulisan di bukunya
yang berjudul “Happiness Inside”.
Buku yang telah dicetak 12 kali ini menjadi buku pertama di dunia yang menerapkan
konsep “1 book 1 tree“ (1 buku dicetak
1 pohon ditanam). Hal ini sebagai salah satu ungkapan terima kasih kepada alam
yang telah menyediakan segalanya untuk kebutuhan manusia. Untuk bisa mengenal
Gobind lebih dekat, kita bisa membaca tulisan-tulisannya di http://www.gobindvashdev.com/. Selain menjadi
motivator dan penulis, Gobind juga turut serta dalam gerakan tanpa alas kaki
yang dikenal dengan “Soleman”.
Gerakan yang sudah diikutinya selama hampir satu setengah tahun ini bertujuan
untuk mengumpulkan dana bagi anak-anak terlantar. Bagi yang ingin memberikan
sumbangan ataupun ikut bergabung maka bisa langsung membuka http://www.solemen.org/.
Menurut pandangan Gobind, manusia saat ini sudah semakin terpisah dengan ibu
bumi dan mulai jarang yang mau langsung menapakkan kakinya ke tanah (tanpa alas
kaki). Hal ini membawa dampak buruk terhadap kesehatan manusia itu sendiri karena
sesungguhnya bumi/tanah justru memberikan energi yang mampu membuat tubuh kita
tetap sehat. Ada juga penelitian yang menemukan fakta tentang meningkatnya
jumlah penyakit yang diderita seseorang seiring semakin tingginya tempat ia
tinggal di suatu gedung bertingkat. Melihat fenomena ini, Gobind menjadi sangat
mendukung kebiasaan anak-anak Semi Palar yang tidak menggunakan alas kaki saat
beraktivitas di sekolah.
“Tell me and I’ll forget; show me and I may remember; involve
me and I’ll understand”.
Gobind menyampaikan tentang pentingnya menulis/mencatat
hal-hal yang ingin diingat. Lalu kita diminta membaca kembali tulisan tersebut agar
bisa masuk ke dalam alam bawah sadar. Ide tentang “Magic Parenting” ini telah dibuat oleh Gobind beberapa tahun yang
lalu. Sempat ada seorang ibu yang menanyakan alasan Gobind yang berani
mengajarkan orangtua tentang cara mendidik anak sementara ia sendiri belum
memiliki anak. Lalu Gobind pun memberi sebuah perbandingan kepada ibu tersebut
dengan mengatakan bahwa dokter kandungan pun tidak perlu hamil terlebih dahulu untuk
bisa menjadi dokter kandungan. Begitu juga seseorang tidak juga harus sakit
tulang terlebih dahulu saat ingin menjadi dokter tulang. Gobind berani
menyampaikan tentang “Magic Parenting”
ini berdasarkan pengalaman masa kecilnya. Ketika masih kecil, Gobind adalah
seorang anak yang “bandel”. Kehidupannya kemudian berubah secara signifikan
saat usianya menginjak 18 tahun. Menurut pandangan Gobind, setiap orangtua
seharusnya bisa memahami perasaan anaknya karena orangtua dulu juga pernah
menjadi anak-anak.
Berdasarkan fakta-fakta yang terjadi saat ini, banyak anak
yang sewaktu kecilnya dianggap sebagai anak yang hebat namun ketika dewasa malah
memiliki nasib yang menyedihkan. Gobind mengambil contoh dari kehidupan
“Micheal Jackson”. Siapa yang tidak mengenal Micheal Jackson, seorang penyanyi
yang sangat terkenal di seluruh dunia dan selalu dipuja orang-orang. Ketika
dewasa, Micheal Jackson menjadi orang sangat membenci ayahnya sendiri yang
sedari kecil telah memaksa ia untuk terus bekerja (menyanyi) sehingga ia harus kehilangan
masa kecilnya. Ketika sudah dewasa dan menjadi orang yang bergelimang harta, Micheal
Jackson pun kemudian membangun istananya sendiri untuk mengembalikan kenangan
masa kecilnya yang telah hilang akibat ambisi sang ayah. Tokoh lain yang dikisahkan
oleh Gobind adalah “Macaulay Culkin”. Pemeran utama film “Home Alone” yang
waktu kecilnya dianggap juga sebagai salah satu anak hebat di dunia ini, kini mengalami penuaan dini akibat kecanduan
narkoba. Wajah Macaulay Culkin yang berumur 32 tahun tampak sangat tua seperti
orang yang sudah berumur 42 tahun. Jika kita mau melihat di sekitar, pasti kita
akan menemukan begitu banyak kenyataan anak-anak yang tidak bahagia karena
ambisi orangtua yang tidak mau memahami anaknya sendiri.
Berapa
banyak orangtua yang mau duduk dan belajar tentang apa yang harus dilakukan untuk
bisa menjadi orangtua yang baik?
Jawabannya
adalah sangat sedikit.
Kenyataannya
sangat sulit sekali untuk mengajak orang-orang ikut serta dalam seminar tentang
parenting dibandingkan mengajak
mereka ikut serta pada seminar dengan tema lainnya.
Anakmu bukan milikmu.
Mereka adalah sang putra putri yang hidup yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir lewat engkau tapi bukan dari engkau. Mereka ada padamu tetapi
bukan milikmu. Berilah mereka kasih sayang namun jangan pemikiranmu. Karena pada
mereka ada alam pikiran sendiri. Patut kau berikan rumah bagi raganya namun
tidak bagi jiwanya. Sebab jiwa mereka penghuni masa depan … (Kalil Gibran)
Banyak kekhilafan dari kesalahan yang kita perbuat. Namun
kejahatan yang paling nista adalah kejahatan ketika kita memaksakan kehendak
kepada anak kita. Sebelum sesi diskusi dilanjutkan, Gobind meminta pendapat
dari beberapa orangtua tentang apa yang mereka harapkan dari pertemuan orangtua
ini. Ada yang menyampaikan bahwa mereka ingin memiliki wawasan baru, lebih
sabar, ingin memiliki hubungan mendalam dengan anak serta ada juga yang ingin mencoba
memahami anaknya dengan lebih baik.
Don’t Lose Magic Moment.
Hal tersebut sering kali disampaikan oleh Gobind. Jangan
sampai kita kehilangan hal-hal kecil yang berpengaruh besar pada kehidupan. Kehilangan
satu detik rahasia akan menyebabkan kita kehilangan segalanya. Contohnya, kita
sering lupa memberikan senyuman kecil kepada anak terutama di pagi hari. Mungkin
tanpa disadari juga kita telah menjadi orangtua yang jarang memuji anak. Hal
ini bisa menyebabkan kita kehilangan AHA moment yang sangat berharga.
Banyak orang yang memiliki persepsi berbeda tentang kriteria
anak hebat seperti; anak yang pintar, mandiri, kreatif, nilainya bagus,
menurut, punya prestasi, sampai anak yang bahagia dalam dirinya. Sistem
pemikiran kita kebanyakan adalah sistem pemikiran persepsi (suatu pemikiran yang
tidak didukung oleh pemikiran yang valid). Oleh karenanya asumsi melahirkan
persepsi, persepsi melahirkan ekpektasi, kemudian ekspektasi ini dihantarkan
lewat tindakan.
The way we see the
problem is the problem. (Stepen Covey)
Sepanjang sejarah, persepsi kata “cerdas” itu berbeda-beda baik
di setiap orang di setiap tempat. Misalnya :
·
Di
Romawi, orang yang cerdas adalah orang yang berani.
·
Di
Cina, orang yang cerdas adalah orang yang pandai dalam bidang puisi, musik,
kaligrafi, ilmu perang, melukis.
·
Di
Yunani, orang yang cerdas adalah orang dengan fisik yang kuat.
·
Di
Indian Puebo, orang yang cerdas adalah orang yang peduli dengan orang lain.
Apabila ada anak yang bersikap tidak baik maka yang harus
berubah adalah orangtuanya sendiri karena orangtua pernah menjadi orangtua yang
mungkin sewaktu kecil mengalami banyak luka. Luka yang belum disembuhkan ini
bisa terus mengendap dan menjadi penyakit. Endapan kesakitan yang tersimpan
dalam alam bawah sadar biasanya akan muncul dan diulang kembali saat mendidik
anak. Ketika kita ingin membuat seorang anak menjadi anak yang cerdas maka hal
pertama yang perlu dilakukan adalah mengubah mind set kita dengan cara menerima setiap anak sebagai anak yang jenius.
Setiap anak yang baru lahir rata-rata memiliki 100 M sel neuron yang aktif dan
900 M sel pendukung.
Nah bagaimana
cara mengaktifkan 900 M sel pendukung ini?
Cara mengaktifkannya adalah dengan merangsang perkembangan
otak anak. Nutrisi adalah hal yang penting bagi otak tetapi yang jauh lebih penting
lagi adalah menstimulus otak melalui gerakan. Orang-orang masih sering
beranggapan bahwa untuk membuat seseorang anak menjadi anak yang cerdas, hal
yang perlu dilakukan adalah memberkan mereka makanan yang dianggap bergizi
seperti minyak ikan, susu sapi, dan produk-produk lainnya. Padahal faktanya, susu
sapi adalah penyebab utama terjadinya pengeroposan tulang akibat sifat susu
yang asam. Makanan yang bersifat asam biasanya lebih banyak menyerap kalsium
pada tulang yang pada akhirnya menyebabkan osteoporosis. Kini, semakin hari
semakin banyak orang yang mengkonsumsi susu yang sering dielu-elukan sebagai
penguat tulang. Namun pada kenyataannya semakin banyak juga orang-orang yang
mengalami masalah osteoporosis. Perlu diingat, Tuhan menciptakan susu sapi
hanya untuk anak sapi, bukan anak manusia. Jadi susu yang paling sehat bagi
pertumbuhan anak manusia adalah ASI. Salah satu minuman yang bisa menggantikan
ASI ketika seorang anak tidak mau lagi mengkonsumsi ASI adalah susu tempe.
Menurut Gobind, kandungan gizi dari susu tempe jauh lebih baik daripada susu
kedelai.
Banyak
orang berpikir untuk dapat meninggalkan bumi dan dunia yang terbaik bagi
keturunannya. Tetapi berapa banyakkah orang yang berpikir untuk dapat
meninggalkan keturunan yang terbaik bagi bumi dan dunia? (Inayat TS).
Banyak diantara kita yang mungkin berpikir bahwa
agar anak tidak susah dalam hidupnya maka kita perlu menyiapkan semuanya untuk
mereka. Namun kenyataannya ketika anak dewasa, mereka malah tidak pernah
bersyukur. Sesungguhnya hal tersebut terjadi karena kekeliruan kita sendiri
sebagai orangtua dalam mendidik anak. Kalau ingin anak-anak menjadi lebih baik,
yang seharusnya dilakukan sebagai seorang orangtua
adalah “Give Them Less”.
Give Them Less
Lihatlah tubuh kita ketika sakit. Biasanya ketika sakit, hal
pertama yang ditunjukkan oleh tubuh adalah hilangnya nafsu makan. Hal ini
terjadi karena tubuh kita membutuhkan waktu untuk beristirahat (berpuasa). Kita
sering memaksa anak untuk makan dan makan karena ketakutan yang telah tertanam
sejak lama dalam pikiran kita bahwa “apabila tidak makan maka kita akan sakit”.
Padahal manusia itu sesungguhnya diciptakan oleh Tuhan untuk bisa tetap bertahan
hidup hanya dengan minum air dan tanpa makan selama 3 hari. Jadi ketika ada
seorang yang tidak mau/malas makan maka cara tepat yang perlu dilakukan adalah
dengan tidak memaksanya untuk makan. Kita dapat memotivasi anak untuk makan
tetapi dengan cara yang baik seperti melibatkan anak dalam proses membuat
makanan (potong-potong sayur atau buah) sehingga tanpa dipaksa pun anak
biasanya akan mau makan makanan hasil olahan tangannya sendiri.
Apabila kita membandingkan keadaan dunia yang sekarang dengan
50 tahun yang lalu, hal-hal yang sangat berbeda mungkin bisa kita temukan. Sekarang
penduduk bumi semakin meningkat jumlahnya. Dalam 100 tahun terakhir , ada peningkatan
500 milyar manusia yang pada akhirnya menciptakan kekacauan. Cara berkomunikasi
yang dulunya dengan berteriak tergantikan dengan komunikasi melalui sms/telp/chating.
Selain itu, banyak juga fenomena seperti hamil di luar nikah ataupun perceraian
yang terjadi. Gobind menyampaikan bahwa yang lebih dibutuhkan oleh dunia saat
ini adalah “United Relation” untuk
mempersatukan kembali hubungan antar manusia yang bercerai/berpisah. Tanpa
disadari, fenomena perceraian yang semakin meningkat ini didorong oleh
kecendrungan manusia sekarang untuk menggantikan segala sesuatu yang rusak
dengan yang baru dan bukan memperbaikinya. Dulu, ketika anak memiliki mainan
dan mainan tersebut rusak maka hal pertama yang dilakukan oleh orangtua adalah
memperbaikinya. Namun yang sekarang kebanyakan terjadi adalah ketika mainan
anak rusak, yang dilakukan oleh orangtua adalah menggantinya dengan yang baru.
Kebiasaan ini tanpa disadari tertanam pada karakter anak yang kemudian mereka
bawa hingga dewasa, ketika merasa pasangannya sudah tidak cocok maka mereka
berpikir untuk langsung menggantikannya dengan yang baru.
Nourish not only your
body but your mind.
Fakta menyedihkan yang sering terjadi sekarang adalah
sebagian besar orang membelanjakan sekitar 90% dari penghasilannya untuk membeli
kebutuhan di bawah leher. Orang-orang mudah sekali mengeluarkan uang untuk
makan, membeli pakaian, dan sejenisnya. Tetapi jarang sekali orang-orang membeli
kebutuhan untuk otaknya padahal otak itu jauh lebih penting. Kenyataan saat ini
membuktikan bahwa kita biasanya lebih mudah tahu nama produk-produk yang
beredar di pasaran hanya dengan melihat logonya saja. Sebaliknya, kita tidak
banyak tahu tentang nama-nama tumbuhan hanya dengan melihat bentuk daunnya.
Long Life Learning.
Belajar tiada henti, belajar
dari dalam diri sendiri.
Manusia tidak pernah bermasalah dengan apapun di luar dirinya
karena semua masalah itu hanya ada di dalam. Jadi kalau mencari jalan keluar
janganlah mencari keluar tapi ke dalam. Kita tidak bisa menyelesaikan masalah
anak sebelum kita menyelesaikan masalah dalam diri kita sendiri. Ketika ada
seorang anak marah, kita sebagai orangtua seringkali meminta anak untuk tidak
boleh marah padahal marah adalah salah satu bentuk emosi yang ditangkap oleh
anak. Bantulah anak untuk mengungkapkan perasaannya secara lebih mendalam.
Sesunguhnya apabila seorang anak
dipacu untuk berkomunikasi maka sebenarnya kita dapat menemukan banyak
pemikiran dari menarik pada anak.
Emosi itu
bagus atau tidak?
Emosi sebenarnya adalah
sebuah hal yang sangat penting. Seperti halnya mobil yang memiliki berbagai
macam lampu, tubuh kita pun demikian. Ketika sedang marah, akan ada lampu di
tubuh kita yang menyala. Sering kali kita memendam kemarahan karena beranggapan
bahwa kemarahan tersebut nantinya akan mencair. Hal ini sesungguhnya tidak baik
karena hanya akan menimbulkan masalah lain dikemudian hari. Hal pertama yang
seharusnya dilakukan adalah menyelesaikannya dengan cara mencari solusi di
dalam diri dan bukan di luar diri (dalam
arti menyalahkan orang lain yang telah membuat kita marah). Hal ini bisa
diibaratkan ketika rumah kita dibakar oleh orang lain. Jika hal tersebut sampai
terjadi, tindakan pertama yang biasanya kita lakukan pastinya memadamkan
terlebih dahulu api di dalam rumah. Perlu diingat, apabila sedang marah
janganlah sekali-kali memaksakan diri untuk berkomunikasi dengan anak atau
pasangan karena hal ini hanya akan memperuncing masalah.
Kualitas hidup seseorang tergantung
kualitas komunikasinya.
Komunikasi adalah keterampilan
terpenting di dunia. (Stephen Convey)
Niat baik tidak cukup.
95% masalah orangtua dan anak sesungguhnya adalah masalah komunikasi.
Komunikasi diantara kita itu penting tetapi yang jauh lebih penting juga adalah
komunikasi dengan diri kita sendiri. Berdasarkan survei ditemukan fakta bahwa anak
dewasa (10 tahun ke atas) di Amerika Serikat, satu harinya biasanya hanya berkomunikasi
dengan orangtua mereka sekitar 2 menit dan sisanya lebih banyak menghabiskan
waktu untuk menonton televisi sekitar selama 6 jam. Maka tidak dipungkiri anak-anak
sekarang lebih banyak dididik oleh televisi.
Gobind menyampaikan bahwa ia dan keluarganya sendiri memilih
untuk tidak memiliki televisi. Televisi yang dulu pernah ia miliki, telah ia
berikan kepada tukang kebun. Meskipun di rumahnya tidak tersedia televisi,
Gobind memiliki ribuan buku yang jauh lebih penting daripada televisi.
Otak manusia terdiri atas otak PRIMATE (otak atas), MAMMAL,
REPTILE 4F (feeding, fighting, flying, f***ing à reproduksi). Otak atas manusia paling
besar diantara makhluk lainnya. Bergerak adalah salah satu jalan untuk dapat
membuat otak atas kita berkembang. Sayangnya, kita sekarang lebih jarang
bergerak karena dukungan teknologi. Hampir semua pendidikan saat ini juga lebih
banyak menguatkan otak reptile dibandingkan otak atas yang seharusnya lebih
dikuatkan. Menguatnya otak reptile membuat sifat-sifat reptile manusia bangkit
yang kemudian lebih banyak memunculkan masalah pada kehidupan seperti semakin
banyaknya terjadi persaingan maupun perang karena keinginan manusia yang
semakin besar untuk mempertahankan diri.
Jangan
pernah menanamkan trauma/ketakutan pada anak.
Dewasa ini, orangtua biasanya lebih sering memotivasi anak
dengan “fear base” dan bukan “love base”. Misalnya, apabila ada anak
yang malas menggosok gigi, orangtua sering kali menakuti anak dengan mengatakan
bahwa ketika tidak mau gosok gigi maka akan membuat gigi berlubang. Ketika ada
anak yang malas mandi, orangtua biasanya memaksa anak untuk mandi dengan alasan
malas mandi akan menyebabkan bau badan. Begitu banyak ketakutan yang tidak
seharusnya kita tanamkan pada anak. Hal yang seharusnya kita lakukan agar anak
mau rajin gosok gigi adalah dengan menanamkan pada diri anak bahwa menggosok
gigi merupakan hal yang menyenangkan . Orangtua bisa mencontohkan cara
menggosok gigi yang menyenangkan sambil tersenyum sehingga kesenangan menggosok
gigi terbangun pada anak dengan sendirinya. Untuk anak yang lebih dewasa, kita
bisa memberi pemahaman bahwa menggosok gigi itu adalah salah satu usaha kita merawat
karunia yang telah Tuhan berikan.
Action speak louder than
word.
Mungkin banyak orangtua
yang bertanya kenapa anaknya sering berbohong. Ketika hal ini terjadi, kita
perlu melihat kembali ke dalam diri karena kemungkinan besar sikap yang
dimunculkan oleh anak adalah cerminan dari orangtuanya sendiri. Mungkin tanpa
sadar kita sebagai orangtua telah menanamkan sikap tersebut pada diri anak.
Mengkomunikasikan hal sesungguhnya kepada anak (bersikap jujur) sangatlah penting
untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran meskipun dalam prosesnya ada kalanya kekecewaan
muncul pada diri anak. Namun dari kekecewaan ini, anak akan belajar untuk
menerima kenyataan. Ketika seorang anak sudah berani berkata jujur meskipun
dalam situasi yang kurang tepat, kita harus menghargai kejujurannya dan bukan
malah memarahinya karena ketika kita memarahinya, kita berarti telah mendorong
anak untuk tidak berani lagi berkata jujur sehingga kemudian lahirlah
kebohongan.
Orangtua yang sering
menuruti semua keinginan anak, belum tentu merupakan orangtua yang baik.
Orangtua yang selalu saja menuruti keinginan anaknya karena
alasan “sayang anak”, kemungkinan adalah orangtua yang lemah yang tidak bisa menanamkan
nilai-nilai struggle kepada anak
sebagai bekal kehidupannya kelak. Ketika anak menginginkan sesuatu, kita harus
menunda kesenangannya. Ajarkan anak untuk bersabar saat menginginkan sesuatu
sehingga ia pada akhirnya bisa belajar menerima proses. Misalnya, saat ada anak
menginginkan suatu mainan, ajaklah ia untuk menabung terlebih dahulu agar bisa membeli
mainan tersebut. Pada saat mainan tersebut bisa terbeli, rasa bahagia dan
syukur yang didapat oleh anak akan jauh lebih besar dibandingkan ketika anak mendapatkannya
dengan mudah.
Jangan biarkan anakmu
membunuh serangga karena hal itu adalah langkah pertama yang bisa menuntunya ke
tindakan untuk membunuh manusia – Phythagoras.
Gobind pun menyampaikan sebuah pesan untuk menanamkan kepada
anak tentang kesadaran untuk hidup berdampingan dengan binatang dengan tidak membunuh
binatang.
Spending time with
children is more important than spending money with children.
Menurut Journal National Academy, tidak penting mencintai
anak tp buatlah anak merasa dicintai. Bagi seorang anak C.I.N.T.A itu dibaca
W.A.K.T.U. Waktu yang dimaksud adalah waktu berkualitas.
To be in your children
memories tomorrow, you have to be in the lives today.
Yang penting juga bagi anak adalah present time (hadir di saat ini). Kenyataannya, orangtua lebih
banyak menaruh fokus pada masa lalu dan masa depan dan tidak menghargai anak apa adanya. Menurut Josh Bush, Parenting just like a
running the country. Susahnya minta ampun.
Komunikasi bukan
berbicara tapi yang jauh lebih penting adalah mendengar.
mendengar : berbicara =
7:1.
Ketika ada anak yang tidak mau bersekolah, orangtua sekarang cenderung
berpikir untuk membereskan masalah dengan cepat. Semuanya ingin cepat dibereskan
tanpa mau mendengarkan masalah anak dengan sabar. Pada akhirnya, orangtua
memberikan solusi yang belum tentu mampu memberekan masalah yang dihadapi oleh
anak. Solusi yang tepat seharusnya
adalah mendengarkan cerita anak dengan baik dan mengulang kembali yang ia
sampaikan. Lalu, tanyakan bagaimana perasaan anak dan kenalkanlah jenis-jenis
emosi kepadanya. Apapun emosi yang ia
sampaikan, kita akui dan pahami emosi tersebut. Saat anak sudah merasa lega,
tanyakan anak tentang hal apa yang bisa dilakukan agar ia bisa lebih tenang dan
biarkan solusi datang dari anak itu sendiri.
Belajar mendengar, memahami.
Semakin dewasa kemampuan anak dalam memahami harus
ditingkatkan dengan sering menjalin komunikasi dengan anak. Arahkan anak untuk
bisa membreak down masalah, untuk mengkerucutkan inti masalah. Dengan kata lain,
jika anak tidak mengerti masalah maka orangtualah yang seharusnya mengarahkan
anak dan memancing anak untuk memverbalkan emosi anak.
Most people do not listen
with the intent to understand.
They listen with the
intent to reply.( Stephen Covey)
Mendengar tidak hanya “to
ear” tetapi juga “to listen”.
Memberi nasehat bijak memang jauh lebih mudah dibanding mendengar dengan baik.
Adapun komunikasi yang disebut Non Violent Communication (Marshall
Rosenberg) untuk meningkatkan kemuampuan kita dalam memahami yang terdiri dari
4 hal yaitu :
1. Pisahkan
pengalaman dengan evaluasi à menyatakan apa yang anda lihat,
dengar, ataupun rasa dan meletakkan arti pada pengamatan tersebut.
2. Definisikan
perasaan anda à berpikirlah, perasaan yang timbul dari situasi itu.
Gambarkan perasaan anda dengan kata-kata.
3. Nyatakan
kebutuhan-kebutuhan anda dengan jelas à bertanya pada diri, kebutuhan apa
yang saya perlukan dalam situasi ini? Identifikasi secara spesifik mungkin.
Dimulai reaksi atas perasaan anda. Berdasarkan fenomena yang sering terjadi, anak
yang penurut hari ini biasanya banyak yang tersakiti karena mengorbankan
perasaannya sendiri hanya sekedar tidak ingin mengecewakan orangtuanya.
4. Mintalah
jangan menuntut à permintaan diterima sebagai tuntutan ketika pendengar
percaya mereka akan dipersalahkan atau dihukum jika mereka tidak menurutinya.
Semakin jelas dan spesifik permintaan yang kita ingin peroleh semakin besar
kemungkinan kita akan mendapatkannya. Kurangi pertanyaan “kenapa” atau “mengapa”,
ganti dengan “apa yang membuatmu”.
Stop membandingkan
anak.
Hanya 3% orang saja yang berhasil ketika dibandingkan. Keunikan
dan keberagaman adalah hal yang istimewa jadi untuk apa membandingkan. Jika
ingin membandingkan, bandingkan prestasi anak dengan prestasinya sebelumnya dan
jangan sekali-kali membandingkan anak dengan anak lain, apalagi membandingkan antara
kakak dan adiknya karena kita sendiri sebagai orang dewasa biasanya tidak suka
juga dibanding-bandingkan dengan orang lain.
Ngrasani Positif à ngomongin yang dibelakang (gosip).
Kalau ingin anak berubah maka kita perlu membicarakan anak di
belakang sama seperti yang kita inginkan. Jadi ketika anak tersebut tidak
sengaja mendengarnya maka anak akan merasa bahwa ia diperhatikan. Apa yang kita
harapkan itu kita munculkan dan hal ini dapat menjadi motivasi bagi anak. Ketika
anak mulai besar, anak boleh melakukan apapun tetapi orangtua perlu memberikan
konsekuensi yang tepat. Kita bisa mencontoh pengalaman Monaratuliu yang anaknya
tidak mau sekolah. Ketika anaknya tidak mau masuk sekolah, ia tidak memaksakan
anaknya untuk bersekolah namun di sisi lain ia memberi konsekuensi kepada
anaknya untuk tidak boleh menyentuh mainan sama sekali. Awalnya, anaknya merasa
menang namun lama-kelamaan anaknya merasa tidak nyaman karena tidak dapat
bermain. Di keesokan harinya, sang anak meminta bersekolah kembali tanpa harus
dimotivasi karena ingin mendapatkan kesempatan untuk bermain.
Read Aloud.
Membacakan buku dengan suara yang keras kepada anak sesuai
umurnya misalnya anak 1 tahun 1 menit adalah kebiasaan yang sangat baik untuk
dilakukan. Kegiatan ini bisa menjadi sarana bagi anak dalam mengembangkan
kesenangan membaca tanpa harus orangtua dengan sengaja mengajarkan anak belajar
membaca buku.
Otak yang cepat adalah otak yang tidak sehat.
Otak yang hening adalah otak yang sehat.
Semua praktek spiritual sebenarnya mengajarkan kita tentang
cara memperlambat kerja otak. Fenomena sekarang, kita lebih banyak diajak
mempercepat kerja otak dengan kehadiran berbagai gadget. Makan yang cepat juga merupakan kebiasaan yang tidak baik
karena hanya akan menyebabkan banyak kerusakan. Gizi makanan yang didapatkan
menjadi sangat rendah ketika kita mengunyah makanan secara cepat atau
tergesa-gesa sehingga sebaiknya stop melakukan aktivitas apapun di saat sedang
makan. Agar proses mengunyah makanan sebanyak 32 kali bisa berjalan dengan
baik, kita sebaiknya meletakkan terlebih dahulu sendok/garpu selama proses mengunyah
makanan berlangsung.
Dalam memberi nasehat kepada anak, kita perlu mengganti kata
“tapi” dengan “dan” karena biasanya nasehat yang lebih sering diingat oleh anak
adalah yang diikuti oleh kata “tapi”. Dalam komunikasi, “kata-kata” hanya masuk dan diterima sebesar 7 %, vokal 38%, dan
bahasa tubuh 55%. Oleh karena itu, hal-hal yang kita sampaikan biasanya akan
percuma ketika kita tidak melakukannya.
Make your influence
positif.
Dalam
berkomunikasi, ada 4 hal penting yang perlu dilakukan yaitu ;
-
tatap
muka
-
fokus
-
menggunakan
sentuhan
-
menggunakan
kata-kata positif
What can we do to promote world
peace?
Madam Teresa menjawab, “ Pulang ke rumah dan cintai keluargamu”.
Ketika hal ini dilakukan oleh semua orang di seluruh dunia maka tidak akan ada lagi
yang namanya perang karena setiap orang fokus mencintai keluarga mereka
masing-masing.
Cinta berasal dari
rumah dan cinta hidup di rumah.
Semua orang ingin cepat-cepat dan terburu-buru agar cepat
kaya sehingga anak mendapat sedikit waktu. Dampak selanjutnya adalah anak pun belajar
meniru orangtua dan hanya memberikan waktu yang sedikit kepada orang lain.
Dalam mendidik anak, kualitas pertemuan dengan anak sangatlah penting apalagi
ketika anak masih kecil. Mengurangi kenikmatan yang diinginkan untuk memberikan
waktu kepada anak-anak jauh lebih penting daripada menjadikan anak-anak
menjadikan anak yang kaya waktu.
Ketika seorang anak lahir ke dunia, setiap orangtua biasanya
mengucapkan janji untuk selalu mencintai anaknya apapun yang terjadi.
Kenyataanya, apakah kita masih menjalankan janji tersebut dan memberikan ruang
bagi si anak tumbuh sesuai kesadarannya sendiri? Misalnya, apa tindakan yang
diambil orangtua ketika mengetahui anak gadisnya hamil di luar nikah?
Membuangnya atau tetap mencintainya seperti pertama kali kita berjanji untuk
selalu menyayangi anak sebagai titipan Tuhan?
Kita ditunjuk sebagai
orangtua karena Tuhan atau alam telah memilih kita untuk memberikan sesuatu yang
lebih baik untuk generasi yang akan datang. Semua dari kita pasti memiliki luka
dan kita harus membereskannya sehingga nantinya kita tidak perlu menyalahkan
anak ketika ia suatu saat melakukan suatu hal yg buruk.
Komunikasi Dengan Anak
Bukan Interogasi
Maksudnya, bukan hanya menanyakan keseharian seperti apa
sudah makan, apa sudah mandi, apa sudah mengerjakan PR, dll tetapi
berkomunikasi dengan anak dari hati ke hati agar kita bisa memahami anak secara
lebih mendalam.
Tindakan selalu
berbicara keras daripada kata-kata.
Kurangi beri nasehat tapi
berilah contoh.
Berikut adalah kutipan kisah tentang Mahatma Gandhi yang
ditulis oleh Gobind dalam bukunya “Happiness
Inside” yang bercerita pentingnya memberi contoh yang baik.
Suatu
hari, seorang ibu membawa anaknya datang kepada Gandhi, dan berkata, “Gandhi,
maukah engkau menasehati anak saya ini ? Dia mempunyai sebuah penyakit, yang
untuk kesembuhannya, dia tidak boleh mengonsumsi garam. Saya dan keluarga
bahkan dokternyapun sudah berulangkali menasehatinya, namun dia masih tetap
makan garam. Saya sudah kehabisan kata-kata, tolonglah saya, siapa tahu dia
akan menurutimu.”
Dengan
tersenyum dan suara lembut Gandhi berkata, “Ibu, sekarang saya tidak bisa
berkata apa-apa, silakan ibu pulang dan bawa anak ibu kesini minggu depan.”
“Gandhi, anak itu di depanmu sekarang, tidak bisakah kau sekarang
menasehatinya?” kata si ibu. Gandhi dengan senyum yang selalu di bibirnya hanya
menggelengkan kepalanya yang menandakan tidak.
Dengan
perasaan campur aduk, ibu itu pulang dan tepat satu minggu mereka berdua ada di
hadapan Gandhi. “Saya sudah menunggu satu minggu,” kata ibu itu kepada Gandhi,
“Sekarang berikan nasihat itu.” Kemudian Gandhi datang mendekat ke anak itu,
dan menasehati anak itu untuk tidak makan garam. Apa yang dikatakan Gandhi
tidaklah istimewa, tidak ada sesuatu yang baru, hanya sebuah nasihat yang
sederhana, tidak lebih.
Pada
saat itu sang ibu merasa sedikit kecewa karena dalam penantiannya satu minggu
dia berharap Gandhi akan melakukan sesuatu yang lebih daripada kata-kata biasa.
Tidak lama kemudian, Gandhi meminta ibu dan anak itu pulang, kali ini perasaan
ragu-ragu menyelimuti si ibu. Si Ibu tidak yakin ini akan berhasil.
Namun
yang terjadi sebaliknya, anak ini berhenti makan garam. Ibunya berpikir mungkin
ini hanya akan terjadi satu atau dua hari, tetapi kenyataannya lebih dari itu,
anak itu total berhenti makan garam selama berhari-hari bahkan
berminggu-minggu. Didorong rasa penasaran yang tinggi, seorang diri ibu ini
menghadap Gandhi untuk ketiga kalinya dan langsung bertanya, ” Gandhi, rasa apa
yang kamu miliki sehingga kamu bisa membuat anak saya berhenti makan garam?”
tanya si ibu. “Kata-kata yang kamu ucapkan adalah kata-kata biasa, saya sering
menasehatinya dengan cara yang sama. Menurut saya dokternyapun menasehati
dengan cara yang lebih baik, tapi mengapa anak saya menurut kepadamu?”
Dengan
lembut Gandhi menjawab pertanyaan ibu ini dengan jawaban, “Ibu masih ingat pada
kali pertama ibu ke sini dan saya meminta ibu datang satu minggu kemudian ?” Si
ibu menjawab, “Ya itu dia, kenapa, terus terang saya masih penasaran.”
“Pada
saat itu saya belum bisa menasehati anak ibu untuk berhenti makan garam, karena
pada saat itu saya masih mengonsumsinya, sepulang ibu, saya berhenti makan garam,
sampai kemudian ibu datang lagi, baru saya bisa berbicara untuk tidak makan
garam kepada anak ibu.” Demikian Gandhi menjawab.
Walk the Talk.
Lebih banyak melakukan
tindakan daripada kata-kata.
Meskipun tidak terlihat
tetapi kekuatannya luar biasa.