Di tengah kesibukan, kami menyempatkan diri untuk mengisi hati dengan keceriaan sekaligus menyegarkan pikiran dengan cara berlibur. Namun, hanya beberapa orang yang memenuhi syarat dan ketentuan saja yang bisa ikut yaitu aku (Kharis), Wienny, Rani, dan Ajeng.
Dengan merental 1 Kijang Innova, kami berangkat tanggal 3 Mei 2013 pukul 22.00 menuju ke Pangandaran. Di mobil, kami bisa duduk dengan leluasa karena tempatnya sangat lenggang. Perjalanan malam ini ditempuh selama kurang lebih 6 jam. Menjelang subuh, kami memasuki pintu gerbang Pangandaran dengan membayar tarif masuk sebesar Rp 25.000. Kami tiba di penginapan "Saffari Inn" yang telah kami booking sebelumnya pukul 04.00. Untungnya penginapan ini tidak seperti hotel yang mempertimbangkan waktu check in dan check out sehingga kami bisa masuk langsung pada saat kami tiba di sana. Setibanya di penginapan, kami beristirahat sejenak sambil menunggu pagi tiba.Oya penginapannya terdiri atas 2 kamar mandi, 2 kamar tidur, dan 1 dapur dengan harga sewa Rp 400.000 (cukup murah).
HARI 1
|
Di depan penginapan |
Jam 07.30 kami menuju Pantai Pangandaran Barat menikmati pemandangan sekaligus mencari sarapan pagi. Suasana pagi sudah dipenuhi oleh para pengunjung dan ada juga orang-orang yang menawarkan kami paket berkeliling Pangandaran dengan menggunakan perahu menuju Pasir Putih maupun Cagar Alam. Tetapi karena tujuan utama kami adalah ke Citumang maka tawaran tersebut kami tidak tanggapi. Setelah berfoto narsis di pantai, kami mencari sarapan dan pilihan jatuh kepada mie rebus dan teh hangat dengan harga yang cukup terjangkau.
|
Foto pagi di Pantai Pangandaran |
|
Sarapan mie rebus |
Pukul 09.30 kami menggunakan mobil langsung meluncur ke tujuan utama kami yaitu Citumang. Kami harus melalui jalan yang rusak menuju tempat tersebut. Sebagian besar warga di sekitar tempat ini merasa kecewa karena jalan mereka rusak akibat banyak dilalui oleh truk pengangkut pasir besi sehingga banyak ungkapan-ungkapan dalam bentuk tulisan di samping jalan yang bercerita tentang kekecewaan mereka tersebut.
Setelah melalui jalan yang rusak, kami sempat menikmati pemandangan alam yang indah berupa hamparan sawah yang membentang hijau. Lalu kami masuk ke pintu gerbang wisata Citumang yang awalnya dulu hanya dibuka khusus untuk wisatawan asing. Alasan kenapa dulu wisata tersebut hanya dibuka khusus untuk wisatawan asing karena rata-rata wisatawan domestik memiliki kesadaran menjaga kebersihan lingkungan yang masih kurang. Banyak yang membuang sampah sembarang padahal sudah disediakan tempat pembuangan sampah. Baru kali ini kami melihat guide kami yang begitu sadar menjaga kebersihan lingkungan. Saat melihat ada sampah di jalan, ia menyempatkan diri untuk mengambil sampah bekas kemasan makanan pengunjung ke tempat sampah. Setelah mendapat guide yang tepat yang bisa memandu kami untuk bisa menikmati keindahan Citumang dengan harga Rp 75.000/orang, kami pun menggenakan perlengkapan body rafting yang berupa life jacket. Setelah perlengkapan dipakai, kami menitipkan kamera kepada guide agar kami bisa mendokumentasikan kisah petualangan kami. Kebetulan kamera tersebut bukan kamera anti air namun guide kami menjamin bahwa ia bisa menjaganya dengan baik.
|
say "haiiiiiiiii..." |
Untuk menuju lokasi body rafting, kami harus berjalan sekitar 10 menit. Selama perjalanan tersebut kami disuguhkan cerita tentang tempat tersebut beserta cerita tentang keunikan-keunikan tanaman yang ada di tempat tersebut.
|
Berfose sebelum basah-basahan |
Petualangan kami dimulai dengan dari menguji nyali untuk melompat dari ketinggian tebing. Untuk mencapai tebing yang tinggi tersebut, dibutuhkan ketangkasan untuk memanjat tebing dengan berpegangan pada akar-akar dan batang pohon di sekitar tebing. Pada saat tersebut ada tim lain yang juga terlihat sedang mengumpulkan keberanian untuk melompat. Aku, Wienny, dan Rani pun akhirnya memutuskan untuk mencoba tantangan yang satu ini. Aku sebenarnya takut sih membayangkan harus memanjat dan kemudian melompat dari ketinggian menuju ke sungai. Namun keinginan mencoba ternyata lebih besar daripada ketakutan tersebut sehingga akhirnya kami memotivasi kami untuk melompat. Lompatan pertama dilakukan dengan sukses dan sempurna oleh Wienny. Aku mendapat giliran di lompatan kedua, butuh waktu yang lebih lama dari Wienny untuk melompat karena aku masih dihantui rasa takut. Setelah mendapat masukan semangat oleh rekan-rekan yang lain, akhirnya aku melompat juga dan berhasil tiba di sungai dengan selamat. Lompatan ketiga adalah gilirannya Rani. Setelah aku ke pinggir sungai, Rani langsung melompat namun sayang pendaratan yang dilakukan oleh Rani kurang sempurna (dengan posisi duduk) sehingga ada bagian kakinya yang memar karena membentur air. Untungnya hal tersebut tidak menghambat Rani melanjutkan petualangan. Setelah tim kami melompat, banyak anggota tim lain yang termotivasi untuk ikut melompat.
|
"Melompat" momen yang paling menegangkan |
Selanjutnya adalah berfoto di batu yang dikucuri air yang keluar dari staklagtit. Awalnya sih biasa-biasa saja namun ketika melihat secara langsung bentuk staklagtit ternyata bentuknya sangat menyeramkan menyerupai "Dementor" di film Harry Potter. Tapi ya sudahlah, kami mengabaikannya dan mencoba mengambil foto di tempat tersebut. Untuk naik dari air ke atas bebatuan, kami perlu memanjat tali dan bebatuan. Namun Ajeng ternyata tidak bisa melakukan hal tersebut sendiri sehingga kami bertiga terpaksa harus mengangkatnya ke atas bebatuan (berat banget euy si ajengnya bagai paus terkapar).
|
Proses penyelamatan paus terkapar |
|
Hore...akhirnya aku bisa bangun juga |
Note : Bagi teman-teman yang memiliki kepekaan terhadap dunia lain, lokasi sekitar Dementor adalah lokasi yang cukup rawan. Salah satu teman kami sempat ketempelan makhluk astral di sini sehingga setibanya di Bandung ia mengalami sakit seluruh badan padahal kami hanya mengalami sedikit pegal-pegal di badan. Menurut orang pintar, mereka yang tinggal di sini menyukai orang-orang yang memiliki kemampuan melihat makhluk astral.
|
Di bawah air terjun ini ada ruangan rahasia loh |
Tantangan selanjutnya adalah kembali meloncat di air terjun yang kecil lalu perlahan-lahan melawan arus untuk bisa masuk ke dalam salah satu ruangan di dalam air terjun. Kami semua memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. Ajeng sebagai ade bungsu harus dibantu pemandu untuk bisa masuk ke dalam ruangan tersebut. Dalam ruangan tersebut, Rani mengalami keram kaki sehingga kami harus menunggu sejenak sebelum keluar menembus arus air terjun. Aku, Rani, Ajeng, dan Wienny secara bergiliran didorong oleh pemandu untuk bisa keluar menentang arus air terjun. Sempat tegang karena Ajeng adalah orang terakhir yang muncul ke permukaan setelah Wienny yang sebenarnya adalah orang terakhir yang keluar dari ruangan tersebut. Tapi untungnya setelah beberapa saat Ajeng muncul ke permukaan sehingga ketegangan kami beranjak turun.
Di tengah perjalanan, kami dikenalkan oleh guide kami sebuah buah unik yang bernama 'sampolin' yang ternyata sangat bermanfaat untuk menjaga kesuburan dan kesehatan rambut. Buah tersebut dari luar bentuknya seperti labu. Untuk mendapatkan isi dari buah tersebut, buah tersebut harus dipecahkan terlebih dahulu dengan cara membenturkannya ke bebatuan. Isi di dalamnya berlendir seperti markisa, lalu kami keramas menggunakan isi buah sampolin.Kami meminta sample sampolin untuk dihadiahkan untuk sahabat kami pecinta tanaman (kak Eet).
|
Keramas dengan buah sampolin |
Setelah keramas ala tradisional, perjalanan dilanjutkan dengan melalui jalur sungai yang arusnya cukup tenang dengan kedalaman sekitar 20m. Perlu perjuangan untuk bisa sampai di tujuan. Kami harus aktif berenang karena kami tidak bisa mengandalkan arus air yang tenang. Kembali kami harus membantu Ade Ajeng untuk bisa berpindah dari satu tempat ke tempat berikutnya karena ia terlihat tidak berpindah sedikit pun meskipun ia sudah mencoba untuk berenang sekuat tenaga. Setelah Ajeng di urutan belakang bisa berkumpul dengan tim yang di depan di dekat tujuan akhir, kami membentuk lingkaran sambil menyatukan tangan dan kaki.
|
Membuat formasi lingkaran |
Setelah itu barulah kami menuju ke bagian akhir perjalanan kami di Citumang yaitu membiarkan tubuh kami bergerak menuju ke hilir melalui selokan kecil (wow rasanya damai sekali).
|
Damai banget bisa sambil tiduran |
|
Yuhuu....petualangan sukses dan
berhasil menyelamatkan buah sampolin |
Setelah selesai body rafting, guide kami yang baik hati mengajak kami melihat proses pembuatan wayang yang letaknya tidak jauh dari Citumang. Di sana, kami tidak sengaja bertemu dengan teman-teman baru yang bernama Petra dan Julius (wisatawan asing dari Jerman) yang ternyata sangat mengagumi wayang sebagai salah satu warisan budaya bangsa kita. Di tempat ini, wayang dibuat secara komersil jadi bagi orang yang paham dengan wayang, mungkin wayang di tempat ini sudah tergolong wayang yang telah mengalami moderenisasi karena bentuk wajahnya mirip dengan manusia saat ini.Setelah selesai mengenal proses pembuatan wayang dan setelah bertukar fb dengan Petra, kami pun menuju destinasi selanjutnya.
|
Bapak pengerajin wayang |
|
Meet new friends |
Dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk mencapai destinasi selanjutnya adalah Pantai Batu Karas. Sesampainya di pintu gerbang Pantai Batu Karas pukul 13.30, kami harus membayar tiket masuk Rp 35.000, lalu barulah kami langsung berpose ala gadis kalender (hehehe...aku aja kale). Setelah itu kami mengisi perut dengan makan siang di warung-warung terdekat sambil beristirahat sejenak. Suasana di pantai ini ramai dan banyak permainan olahraga air layaknya yang kami temui di Pantai Pangandaran. Kami memilih untuk menghabiskan senja di atas tebing sambil mendengarkan alunan musik ("kita pernah ada...di satu masa bersama...walau kini tak sama...jangan lupakan indahnya...").
|
Foto keluarga di Pantai Batu Karas |
|
Mencoba menerbangkan syal (Rani yang paling semangat) |
|
Menikmati senja dari atas tebing |
Setelah menjelang sore, kami pun bergegas pulang ke penginapan.
Di perjalanan pulang kami membeli beberapa makanan ringan untuk makan malam karena kebetulan kami masih kenyang. Sesampainya di hotel, kami beristirahat untuk mempersiapkan diri naik odong-odong di malam hari. Ketika malam, di depan penginapan kami terdengar berbagai jenis lagu yang dilantunkan oleh odong-odong untuk menarik perhatian pengunjung, mulai dari lagu dangdut sampai lagu barat. Tapi sayangnya, kami akhirnya memutuskan untuk tidak naik odong-odong karena ternyata sudah lelah.
HARI 2
|
Sebelum check out |
Setelah berkemas di pagi hari, kami kemudian check out dari penginapan menuju ke Pantai Pangandaran Timur untuk berbelanja dan mencicipi berbagai makanan sea food. Kebetulan Ade Ajeng mau mentraktir sehingga kami bisa makan sea food dengan sepuasnya.
|
Makan sea food ditraktir Ajeng |
Setelah kenyang, kami menuju ke tujuan berikutnya yaitu Cagar Alam Pangandaran. Sesampainya di sana, kami ditawarkan oleh paket berkeliling oleh guide dengan harga sekitar Rp 150.000 karena kebetulan hari tersebut adalah hari libur. Oleh karena harganya kurang cocok dengan budget kami, lalu kami akhirnya memutuskan pulang ke Bandung. Mmmm...di tengah perjalanan pulang muncul ide untuk mengunjungi Toko Souvenir Arjuna (mirip Toko Krisna di Bali). Sesampainya di sana, ternyata barang-barang souvenir yang ditawarkan masih sangat sedikit jenisnya (mungkin karena baru aja berdiri kali ya...). Setelah puas berkeliling toko, Wienny memunculkan ide untuk mencoba makanan di Restauran Asep Strawberry yang berada di Garut. Restauran ini cukup unik dengan bertemakan desa. Makanan yang ditawarkan tentu saja adalah berbagai jenis makanan khas desa dan ada juga beberapa jenis makanan yang sedikit modern seperti mie rebus dengan harga yang cukup terjangkau. Di restauran ini, kita bisa puas berfoto ala gadis desa di pematang sawah, di dekat kincir air, dan di atas jembatan yang di bawahnya mengalir sebuah sungai. Ketika berada di tempat ini rasanya seperti berada di tanah kelahiran di Bali (damai dengan suara gemericik air sungai).
Menyantap makan sore di Restauran Asep Strawberry adalah akhir petualangan kami selama 2 hari berlibur. Kami pun tiba di Bandung pukul 18.00.
Terima kasih untuk teman-temanku Wienny, Rani dan Ade Ajeng. Perjalanan ini terasa menyenangkan dan penuh cerita karena kalian ada di dalamnya. Di tahun mendatang kita mau kemana lagi ya jalan-jalannya????? Yuks rencanakan dari sekarang ^-^