Pentingnya mengedukasi masyarakat perihal pelestaian badak.
Badak Jawa. (U-Report) |
Badak
(Rhinoceros), sebuah sebutan untuk satwa purba yang bentuknya
menyerupai salah satu keluarga dinosaurus yang bernama Triceratops. Sesuai
namanya yaitu “Rhino” yang berarti hidung dan “ceros”
yang berarti cula, satwa purba ini mudah dikenali dari keunikan bentuk culanya
yang terdapat di atas bagian hidung.
Cula
ini memiliki kegunaan untuk menarik tanaman yang akan dimakan, memindahkan
lumpur di kubangan, membuka jalur rintisan melewati vegetasi di hutan, dan
untuk melindungi diri. Jumlah cula badak pun bervariasi sekitar 1-2 cula,
tergantung jenis badak itu sendiri.
Zaman
dahulu, tercatat ada sekitar 30 jenis badak yang keragaman jenisnya ini kini
semakin berkurang, hingga hanya menyisakan 5 jenis badak. Dua di antara kelima
jenis badak tersebut bisa ditemui di Indonesia, yaitu jenis Badak Sumatera yang
bercula dua dan jenis Badak Jawa yang bercula satu. Badak Jawa menjadi salah
satu jenis badak yang saat ini sudah tergolong sebagai satwa yang terancam
punah.
Sebagai
salah satu mamalia yang keberadaannya terancam punah, badak pun menjadi satwa
yang dilindungi oleh pemerintah. Penyebab utama semakin berkurangnya populasi
badak adalah karena beralih fungsinya habitat asli badak menjadi lahan bercocok
tanam masyarakat.
Dengan
beralih fungsinya habitat asli badak secara perlahan membuat badak semakin
tergusur. Tak jarang ditemui pula perburuan liar guna mengambil cula badak yang
konon berkhasiat sebagai obat kuat. Padahal faktanya, cula badak tidak ada
bedanya dengan tanduk kerbau atau sapi yang terbuat dari bahan keratin yang
mengeras.
Pemahaman
masyarakat yang keliru ini mengakibatkan semakin banyaknya perburuan liar yang
menyengsarakan badak. Untuk menjaga kelestarian badak di muka bumi maka
mengedukasi masyarakat menjadi hal krusial yang perlu dilakukan sebelum
melakukan restorasi hutan menjadi rumah yang nyaman bagi badak.
Edukasi
tahap awal bisa dilakukan dengan menginformasikan kepada masyarakat mengenai
keunikan cara hidup badak di alam liar sehingga nantinya kesadaran masyarakat
bisa semakin terbangun dalam melestarikan badak dan membantu merestorasi hutan
menjadi habitat badak.
Pada
dasarnya, badak adalah hewan yang terkenal pemalu dan penyendiri (soliter).
Namun, pada saat tertentu, para badak terkadang berkumpul dalam suatu
gerombolan untuk menghabiskan waktu di kubangan.
Mandi
dalam kubangan menjadi salah satu ritual penting dalam siklus kehidupan badak.
Badak senang memandikan kulit mereka yang bercorak mozaik dan menyerupai
perisai baja dengan menggunakan lumpur. Lumpur yang banyak mengandung nutrisi
mineral sangat dibutuhkan oleh tubuh badak untuk menghalau infeksi
penyakit.
Terkait
dengan kebiasaan badak tersebut maka keberadaan kubangan dalam habitat badak
menjadi faktor biofisik lingkungan yang esensisal dan perlu diperhatikan
sebelum menyediakan rumah yang nyaman dan tenang bagi badak.
Aktivitas
pengembalaan hewan ternak secara liar ke dalam habitat badak dapat membawa
risiko semakin meningkatnya penyebaran penyakit ternak ke para badak. Tentu
saja hal ini akan sangat mengancam populasi badak sehingga perlu segera
diantisipasi.
Rumah
yang nyaman bagi badak adalah rumah yang ketersediaan makanannya tercukupi.
Badak tergolong hewan herbivora yang senang memakan berbagai spesies tanaman
yang tumbuh di tempat yang terkena sinar matahari seperti dedaunan, ranting ,
dan tunas-tunas muda, serta buah-buahan yang jatuh dari pohonnya.
Selain
itu, masyarakat juga perlu diinformasikan tentang populasi badak yang sulit
ditingkatkan secara signifikan dalam waktu yang singkat. Hal ini dikarenakan
perkembangbiakan badak yang cukup lambat. Di habitat aslinya, badak memiliki
rentang usia sekitar 30-45 tahun, di mana badak betina mencapai kematangan
seksual pada umur 3-4 tahun sedangkan badak jantan pada umur 6 tahun. Badak
betina kemungkinan bisa hamil di periode 16-19 tahun dengan interval kelahiran
sekitar 4-5 tahun.
Mengingat
badak adalah satwa unik yang jumlah populasinya menipis maka kita perlu bahu
membahu menyediakan rumah yang nyaman dan tenang bagi badak, untuk hidup dan
berkembang biak. Hal ini perlu dilakukan agar di masa depan, generasi mendatang
bisa mengenal satwa unik ini secara langsung di habitat aslinya.
Jangan
biarkan generasi mendatang hanya bisa mengenal badak dari replika atau fosil
yang teronggok tak bernyawa di museum. Selamat Hari Badak Internasional!
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba
menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah
Rumah yang Nyaman Untuk Badak?"
http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/684402-mari-berikan-rumah-yang-nyaman-bagi-sahabat-bercula