Sabtu, 23 Agustus 2014

Hiking Jayagiri-Tangkuban Perahu (Uji Coba Sepatu)



Di cerita petualangan kali ini, kami berdua ingin menguji ketangguhan sang sepatu baru dalam melintasi medan perbukitan sebelum diuji cobakan ke medan yang lebih menantang. Uji coba ini dilakukan di hari terakhir penghabisan libur lebaran. Kami memutuskan untuk menguji cobanya dengan  hiking ke Gunung Tangkuban Perahu via jalur Jayagiri. 

Bersiap memulai petualangan


Pagi itu, di hari yang bukan akhir pekan, kami bertemu di Terminal Ledeng. Dari tempat tersebut, kami menumpang angkot Stasion-Lembang menuju ke arah Jayagiri. Dari tempat kami turun angkot, dibutuhkan waktu sekitar 20 menit hingga bisa sampai di pintu gerbang Hutan Jayagiri. Dari kejauhan dekat pintu gerbang masuk hutan, sudah menunggu seorang bapak penjaga gerbang yang tampaknya mencoba berdiri tegak dengan tongkatnya. Kami pun membayar tiket masuk sebesar Rp. 6.000,-. Dari sinilah perjalanan sesungguhnya di mulai. 

Mari kita mulai "Sang Sepatu"

Pagi yang cerah 

Guratan diri si kulit pinus
Suasana hiking di Hutan Jayagiri pagi itu tampak sangat sepi karena hari biasa sehingga seakan-akan hanya ada kami berdua di dalam hutan. Sesungguhnya, kami berdua belum mengetahui ke mana jalur hiking menuju arah Tangkuban Perahu. Kami hanya mengandalkan insting dalam memilih jalur yang ada dan ditambah ingatan yang kami rekam usai membaca beberapa informasi yang diperoleh dari teman-teman yang telah menuliskan pengalaman hikingnya di blog. Saat pertama kali sang sepatu diujikan di medan tanah yang basah dan licin, beberapa kali kami sempat hampir terpeleset. Namun, setelah kami menemukan setingan yang pas, barulah kami bisa melangkah dengan nyaman.  

Sang Sepatu rehat dulu

Dari sini kemana? (lurus...belokan dekat rumah)
Saat melihat beberapa percabangan, perasaan cemas sempat menghantui kebenaran insting kami dalam memilih jalur yang tepat. Meskipun demikian, kami tetap berpikir positif dan kami yakin pasti akan tiba di tempat yang kami tuju. Di awal perjalanan, tak satu pun orang yang bisa kami tanyai. Sambil berdoa, kami pun terus berjalan dan berharap bertemu dengan seorang penolong.

Dari sini kiri yah
Setelah sejam berjalan, akhirnya kami bertemu dengan seorang pemuda. Dari dia kami bertanya jalur menuju arah Tangkuban Perahu. Ia sempat kaget karena kami hanya berdua dan tak satu pun diantara kami yang tahu jelas jalur menuju Tangkuban Perahu. Harapan kami sempat sirna karena ternyata pemuda itu sendiri tidak tahu jalur yang kami tuju. Yah....!

Mengikuti jalur pipa air

Kami lalu memutuskan untuk mengikuti jalur yang sebelumnya dilalui oleh pemuda tersebut. Hingga tibalah kami di sebuah rumah dekat tempat penampungan air. Selain melewati tempat penampungan air, kami melewati banyak pipa-pipa air yang panjang berwarna biru. Dari kejauhan terdengar seseorang yang sedang memotong kayu. Ternyata memang benar ada seorang bapak yang sedang sibuk bekerja mengumpulkan kayu bakar. Kami pun menanyakan jalur kepada si bapak. Bapak tersebut mengatakan bahwa jalur menuju Tangkuban Perahu yang dulu sudah berubah dan rusak. Hal ini diakibatkan karena banyak dilalui oleh motor sehingga membuat jalur sesungguhnya sulit terlihat lagi. Oleh karenanya, si bapak menawarkan diri untuk mengantarkan kami menuju jalur ke Tangkuban Perahu agar kami tidak tersesat. Setelah jalurnya cukup jelas terlihat, barulah kami berpisah dengan si Bapak. Terima kasih ya Bapak :-).

Aduh jalurnya bikin bingung 

Setelah bertemu warung kosong jalurnya menjadi jelas
Setelah keluar dari hutan, tibalah kami di jalur batu yang sudah diaspal. Kami belok ke kiri untuk menuju arah pintu gerbang Tangkuban Perahu. Oya... setiap satu jam berjalan, kami beristirahat dan mengisi tenaga dengan cemilan-cemilan sehat yang kami bawa. 

Cemilan super sehat (nirsampah plastik-smipa banget)

Perjalanan di dalam hutan tak begitu terasa melelahkan karena kami dibuai oleh sejuknya angin dan pemandangan alam yang menyegarkan mata. Setelah 2 jam berjalan, tibalah kami di pintu gerbang masuk Tangkuban Perahu. 


Tiba di pintu gerbang Tangkuban Perahu
Kami langsung disambut oleh seorang perempuan yang menanyakan dari mana kami berasal dan menanyakan juga cara yang ingin kami pilih hingga agar bisa sampai kawah Tangkuban Perahu. Setelah membayar tiket sebesar Rp. 17.000,- kami pun terus semangat untuk meneruskan hiking menyusuri jalan raya. Sebenarnya, bisa saja kami menggunakan transportasi yang disediakan namun hal itu tidak kami lakukan karena tujuan perjalanan kami ini adalah uji coba sepatu baru. Hahaha...

Sepanjang perjalanan di jalan raya yang menanjak, banyak sekali mobil dan motor yang berlalu lalang. Mereka seakan memperhatikan tindakan gila yang kami lakukan. Sempat juga kami berfoto di pinggir jalan dan diklakson oleh mobil yang lewat (mmm...tidak boleh ditiru yah). 

Coba ditelisik! Ada siapa di situ?
Di pinggiran jalan, kami menyaksikan banyak lutung yang bergelantungan di atas pohon. Kami pun tiba di tujuan setelah hampir sejam perjalanan melalui jalan raya. Jadi, total perjalanan yang kami lalui dari mulai hiking di Hutan Jayagiri hingga sampai di kawah Tangkuban Perahu adalah sekitar 3 jam. 

Wah ... akhirnya 

Wah ... HEBAT (tepuk tangan...prok...prok...prok...).

Hore ... berhasil berhasil!

Langsung saja kami berfoto ria dan mencari makan siang yang berkuah-kuah. Akhirnya kami memilih memakan baso dengan harga seporsinya Rp. 15.000. 

Sesi foto narsis ngga boleh dilewatkan
Ayo ibu cepetan basonya!

Menurut ibu penjual baso, kunjungan wisatawan di hari itu sudah sepi dibanding hari-hari sebelumnya saat puncak libur lebaran. Ketika waktu libur lebaran, biasanya wisatawan yang berkunjung sangatlah banyak hingga akan terjadi kemacetan kendaraan dari awal pintu gerbang Tangkuban Perahu. 

Usai makan baso, kami membeli segelas kopi dan sebongkol jangung bakar lalu menikmatinya sambil melihat pemandangan kawah dan perbukitan di Tangkuban Perahu. 

Setelah puas menikmati keelokan Tangkuban Perahu yang melegenda, kami pun pulang. Awalnya berniat pulang dengan berjalan kaki juga, namun kami dicegat oleh angkot yang menawarkan tumpangan. Awalnya ongkos angkotnya sangatlah mahal namun kami menawarnya menjadi Rp. 15.000/orang. Angkot tersebut mengantarkan kami sampai di Pasar Lembang. Dari Pasar Lembang, kami berganti angkot Stasion- Lembang menuju tempat tujuan kami selanjutnya.