Minggu, 23 Juni 2013

Syukuran Akhir Tahun Smipa

Bersama Kami Saling Belajar Memahami dan Mengerti

Acara ini sebenarnya acara yang cukup dirahasiakan oleh Bobi (K'Taufan) beserta tim suksesnyanya dan baru diumumkan menjelang  2 hari sebelum pelaksanaan. Bagi aku, acara ini adalah acara yang spektakuler yang sudah aku tunggu-tunggu selama 4 tahun bergabung di Rumah Belajar Semi Palar.

HARI 1

Ok langsung saja.  Pada hari Selasa, 18 Juni 2013, aku sudah berkumpul di Smipa tepat pukul 07.05 sesuai jadwal (kenapa harus ada menit 05? menurut Bobi adalah agar kita semua bisa lebih menghargai menit, setiap menit dan detik yang dilalui itu penting banget). Di Smipa ternyata sudah banyak berkumpul juga Kakak-Kakak lengkap dengan ransel dan perbekalan mereka selama 2 hari menginap di Pine Forest. Terpancar juga wajah-wajah yang penuh semangat dan keceriaan menyambut acara ini. Ternyata di luar Smipa, sudah menanti 3 angkot sewaan yang nantinya akan memboyong kami ke tempat tujuan. Semua keperluan acara diangkut oleh mobil Pak Andy (kepala sekolah kami yang baik hati). Setelah semua hal disiapkan, kami pun berdoa dan melakukan pembagian kelompok. Lalu kami pun masuk ke dalam angkot sesuai kelompok. Sebelum detik-detik keberangkatan, ternyata ada satu Kakak yang baru datang (mmm....siapa ya itu?).

Aku satu angkot dengan Mas Imam, K'Iden, K'Pungky, K'Nisa, K'Novi, K'Eet, K'Sarita, K'Listi, dan K'Rani (kelompok 3). Di angkot, kami bersenda gurau, bercerita tentang berbagai hal lucu sehingga tidak terasa kami tiba di tempat tujuan kami yaitu Pine Forest (mmm...sesekali mengomentari hal-hal aneh yang dilakukan kelompok lain di angkotnya...hehehe).

Wow tempatnya ternyata asyik sekali, arealnya cukup luas dengan halaman yang ditumbuhi oleh rerumputan hijau dan pohon-pohon pinus (sesuai sekali dengan namanya).

Pinus-pinus Keluarga Pine Forest
Setelah turun dari angkot, aku pun langsung menghirup kesegaran hutan pinus. Tanah yang tertutup oleh rerumputan hijau membuat kami leluasa untuk duduk bersantai menikmati ciptaan Tuhan yang sungguh mengagumkan tersebut. Kami pun sempat berfoto keluarga sebentar sebelum menjelajahi Pine Forest lebih dalam.
Turun dari Angkot

Foto Keluarga Bareng...Yuhuuuuu (Mmm...Tetep Chibi-Chibi)
Setelah itu, kami pun masuk ke dalam tempat penginapan yang terdiri atas dua lantai yang dilengkapi dengan dapur, ruang tamu, kamar mandi, dll (suasanya nyaman seperti berada di rumah sendiri). Kami kemudian menyimpan barang-barang dan memilih tempat tidur. Oleh karena jumlah kami cukup banyak maka pengaturannya adalah bagi Kakak-Kakak perempuan tidur di ruangan lantai 2 sedangkan Kakak-Kakak laki-laki tidur di ruangan lantai 1. Di rumah ini sudah disediakan juga kasur, bantal, dan selimut.

Suasana Penginapan yang Cozy
Ok setelah menentukan posisi masing-masing, kami pun menelusuri lebih jauh Pine Forest. Menikmati alam kurang lengkap rasanya apabila tidak disertai dengan foto-foto narsis (hehehe...aku sendiri sepertinya itu). Kami juga menikmati terlebih dahulu minuman kopi dan teh hangat. 

Kita dari Tim Merah meskipun ada yang ga merah

Ngopi dan ngeteh dulu
Mas Imam pengen kostumnya juga merah jadi pake bantal
Setelah persediaan logistik dikeluarkan, kami mulai membuat sarapan sendiri yang sebenarnya lebih cocok disebut brunch (wah seru ya ^_^ semuanya makan dengan lahap).

Brunch bareng
Selanjutnya adalah acara bernyanyi bersama. Beberapa Kakak mencoba menyanyikan lagu-lagu yang mereka gemari, mulai lagu jaman dulu sampai jaman sekarang, mulai lagu berbahasa asing sampai lagu anak negeri, dan ada juga Kakak yang mempersembahkan lagu dangdut Pantura (mantap....goyang terus).

Dahsyat goyangan artis dangdut Pantura (baju merah)

Yoi...berdansa

Arry...sang koreografer handal dangdut pantura
Bersama artis bersuara merdu loh (kembarannya Dhila Baharudin)
Selanjutnya adalah acara rally foto. Kakak-Kakak dibagi menjadi beberapa kelompok. Aku sekelompok dengan K'Iden, K'Pungky, K'Asta, dan K'Fitri (Kelompok Idenide). Kami mengambil foto dengan yang bertemakan bintang yang diambil dengan beberapa back groud mulai dari tanah, air, kayu/pohon, rumput, dan langit.

Kami juga melihat kelompok lain yang antusias membuat karya-karya foto yang unik dan menarik. Bahkan ada juga kelompok yang memperlihatkan kepiawaian dalam melakukan gerakan-gerakan sikap lilin yang biasanya hanya lihai dilakukan oleh pesenam dan  pemain sirkus (hahaha...lucu banget). Mmm...ada juga Kakak yang setelah selesai rally foto langsung merebahkan diri di rerumputan hijau dan tertidur di bawah belaian sang pohon pinus.

Setelah acara makan siang, Kakak-Kakak diajak sharing tentang pengalaman yang menyenangkan selama satu tahun ajaran kemarin. Salah satunya adalah dari Kelompok Kersen yaitu K'Rani dan K'Eet yang berbagi salah satu pengalaman yang berkesan ketika membawakan dongeng tentang Kurcaci Sayur (semua seakan senyap saat K'Eet mendongeng).

Dongeng K'Eet sampai membuat Tema dan Yudha  langsung tertidur
Lalu ada juga K'Ajeng yang menceritakan sepenggal kisahnya selama berada di Smipa melalui tayangan sebuah video pendek. Ia berlinang air mata saat mengurai kisah perjalanannya bersama seluruh keluarga besar Smipa. Seusai bercerita kami semua berpelukan (tim PG TK...K'Wienny memeluk K'Ajeng lalu disusul oleh Aku, K'Rani, K'Eet, K'Ayu, K'Sarita), kami menangis karena ada salah satu tim kami yang akan pergi meraih cita-cita yaitu menikah dan punya anak (hahaha...pada akhirnya kami saling tertawa karena aneh kita bisa saling menangis dan berpelukan bersama). Kata Pak Andy, "Jangan pernah takut menangis karena itu menunjukkan bahwa kita masih punya nurani."

Ketika sore menjelang, aku menyaksikan perubahan langit senja yang sungguh menawan dari teras atas. Rasanya damai ditambah lagi suara semilir angin senja yang berlari di balik pepohonan pinus yang menjulang tinggi. Kepergian sang senja mengiringi kedatangan sang dewi malam. Rasanya ingin kembali mengulang saat-saat dimana aku merasa berada paling dekat dengan Tuhan.


Menikmati senja
Senja yang indah
Perubahan warna senja

Sang dewi malam tiba
Setelah menikmati keindahan senja, acara baru dimulai yaitu makan malam bersama sambil menonton layar tancap dengan dihangati oleh api unggun. Hasil foto acara rally foto tadi siang pun ditampilkan di acara ini. Semua kelompok memiliki cerita unik dibalik foto-foto yang mereka tampilkan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Menjelang malam, kami pun menonton sebuah film inspiratif yang berjudul "Pay It Forward". Kami mencoba meresapi setiap makna tersirat di balik film tersebut.
Bonfire dan layar tancap
Durasi film ini cukup lama sehingga kami menyempatkan diri untuk berbagi makanan ringan selama film berlangsung. Di akhir film, kami diminta untuk menuliskan hasil renungan masing-masing tentang film tersebut di sebuah pembatas buku yang nantinya akan kami saling tukarkan dengan teman kami yang lain.

Film usai bukan berarti acara kebersamaan di malam tersebut usai, aku dan tim PG TK dari jauh-jauh hari mencoba menyiapkan sebuah kenang-kenangan terakhir untuk Ade kami tercinta "Ajeng" yaitu kenang-kenangan sebuah video untuk melepas kepergiannya. Video ini adalah my first project, berbekal pengetahuan dari internet, aku mencoba membuat video ini semaksimal mungkin dengan dibumbui oleh ungkapan puisi karya K'Wienny. Lagu pengiring dalam video ini sengaja dipilihkan lagu-lagu kesukaannya Ajeng.


Setelah menonton video yang bisa dibilang balasan surat cinta untuk video yang sebelumnya ditampilkan oleh Ajeng di siang hari, beberapa Kakak ada yang langsung tidur namun ada beberapa diantaranya yang masih tetap melanjutkan acara berikutnya yaitu bakar-bakar jagung bersama (hore...). Aku termasuk salah satunya yang paling semangat dengan acara bakar-bakar jagung ini karena aku sangat menyukai jagung. Chef Tema akhirnya membantu aku membakar jagung tetapi dengan cara yang unik yaitu jagung dimasukkan ke dalam kobaran imut api unggun lengkap dengan kulitnya. Hasilnya adalah jagung aku menjadi jagung rebus dan bukannya jagung bakar, tetapi hal ini tidak menjadi masalah bagi aku karena rasa jagungnya tetap manis semanis kenangan malam itu.

Jangungnya manis banget
Malam semakin larut, aku pun bergabung dengan Kakak-Kakak yang sudah berada di barak penginapan (mmmm...seperti para pengungsi pemandangannya padahal kami tidur di vila). Tetapi ternyata sangat seru bisa berkumpul bersama dan tidur di satu tempat.

Tidur bareng di barak kakak
Kebetulan aku tidur berdampingan dengan K'Listi yang manis dan ngegemesin. Ia memiliki cara unik ketika tidur yaitu menghitung mundur waktu 10-1 sebelum memulai tertidur. Sampai saat ini aku selalu tertawa mengingat momen itu dan aku terkadang mengulanginya kembali. Oya, sebelum tidur aku menyanyikan lagu Nina Bobo kepada K'Listi agar tidurnya lelap. Namun esok paginya ia bilang kalau tidur bersama malam itu adalah rekor terlama ia baru bisa tertidur karena ia biasanya tergolong cepat terlelap ketika memulai tidur (apa gara-gara lagu nina boboku ya???).

HARI 2

Pagi hari ketika membuka mata aku sudah disambut suara heboh dari Ajeng yang mengeluh kepada  K'Wienny karena selimutnya bau pesing (uuhhh...memang ga hoki dia). Ajeng juga mengatakan kalau ia merasa kedinginan sehingga K'Wienny mencoba mendekatkan diri ke Ajeng (mmm...seperti biasa Ajeng riweuh sendiri kalau merasa kedinginan). Rasanya enggan sekali bagi aku untuk bangun dari tempat tidur sehingga aku mendekatkan diri lebih dekat ke arah K'Listi untuk menghangatkan badan (walaupun kurus dia ternyata cukup hangat). Eh tiba-tiba K'Eet datang utuk mengajak treking pagi (wow mataku langsung berbinar mendengarnya). Lalu aku keluar dari selimut dan bangkit menyusul K'Olin yang juga memiliki tujuan yang sama dengan K'Eet (mmm...apa jadinya kalau aku ga ikut...bisa-bisa mereka berkencan...owowow).

Pagi di Pine Forest
Treking Pagi ke Ladang
Aku, K'Eet, K'Olin, K'Rani, K'Wienny, K'Iden, K'Listi, K'Fani dan Ajeng memutuskan untuk menjelajahi area sekitar Pine Forest. Kami menunggu sejenak sinar mentari muncul untuk menuntun langkah-langkah kami. Sun rise terlihat kurang jelas namun langit pagi selalu terasa indah. Kami turun menyusuri ladang sampai akhirnya kami tiba di salah satu lapangan yang cukup luas yang ditumbuhi oleh bunga terompet dan bunga putih yang indah (entah apa namanya). Tujuan kami sebenarnya adalah mencapai sungai yang aliran airnya bisa terdengar dari penginapan kami. Namun sayang kami belum bisa mencapainya karena lapangan luas tempat kami berfoto dengan keluarga bunga ternyata tanahnya becek berlumpur. Aku sempat terperosok ke dalam lumpur gara-gara terlalu antusias mencoba menjelajahi setiap sudut lapangan tersebut.

Gadis-gadis penjelajah
I love you nenek

Di ladang Becek
Berhubung hari semakin siang dan kami diharapkan sudah berkumpul kembali pukul 08.00, kami pun memutuskan untuk kembali ke penginapan. Setelah mandi pagi dan sarapan snack-snack ringan yang kami bawa dari rumah, kami pun melanjutnya sesi sharing bagian kedua. Sesi kedua ini tidak kalah serunya dengan sesi pertama dan tetap disertai tangis haru. Tisu adalah salah satu properti terpenting yang perlu disiapkan selama acara sharing ini.
Properti penting
Di salah satu sesi sharing, ada bagian yang mengajak kami untuk menuliskan keunikan-keunikan yang dimiliki oleh setiap teman. Dengan ini, aku menjadi lebih paham bagaimana diriku dimata teman-temanku. Oya tidak kalah seru juga menyaksikan drama singkat yang dibawakan oleh K'Olin dan partnernya K'Fani yang menceritakan keseharian mereka di kelas yang dikemas dengan sangat kocak.

Tak terasa kami tiba di penghujung acara syukuran. Pak Andy kemudian membagikan doorprize yang aku tunggu-tunggu (sebenarnya bukan doorprize sih...yang benar adalah kenang-kenangan) yaitu sebuah buku karya Paulo Coelho yang berjudul Seperti Sungai yang Mengalir. Ini bukanlah buku biasa karena buku ini bagi aku sangat inspiratif karena ada salah satu bagian yang menyatakan bahwa kita tidak harus memilih jalan yang sama yang dilalui orang-orang pada umumnya, jika kita ingin hidup yang lebih berkesan maka kita perlu berani mengambil tantangan dan memilih jalan yang berbeda yang jarang dilalui orang. Yang tak kalah berkesan adalah pesan dari Pak Andy. Beliau menuliskan sendiri satu per satu pesan pada buku tersebut yang kemudian diberikan kepada setiap Kakak (hal ini membuat aku sungguh terharu dan kemudian aku meminta Pak Andy untuk berfoto bareng bergaya lebay ala Kx (hehehe...asyik...berasa foto sama artis). Pelukan kebersamaan dan dengan derai air mata haru menjadi pengikat kebersamaan kami.




Sebelum pulang, Pak andy memberi sedikit pencerahan tentang apa yang akan dilakukan di awal tahun ajaran mendatang sekaligus membagi tim-tim Kakak. Barulah setelah itu, kami pulang dengan angkot yang sama namun sebelumnnya kami makan siang bersama di salah satu rumah makan di Lembang.

Lengkap sudah kebersamaan kami di hari itu. Aku sendiri sangat bersyukur atas terselenggaranya acara Syukuran Akhir Tahun Smipa. Semoga acara ini bisa semakin mempererat kebersamaan keluarga besar Smipa dan membuat kita bisa saling memahami satu sama lain.

Terima kasih.
Acara Syukuran Akhir Tahun Smipa Tak Akan Berkesan Tanpa Kehadiranmu.  

Berikut ini adalah sesi foto-foto lebay yang memeriahkan acara Syukuran Akhir Tahun Smipa

 FOTO-FOTO SESI TARIAN PENGIRING PENGANTEN


Para Penari Pengiring Penganten Menari Dengan Gemulai
(Si merah bingung mengikuti arahan ketua penari yaitu si orange) 

Tarian Para Penari Membuat Penganten Syok (melotot)
Yang Baju Biru Tua Hot sekali ya Gerakannya
Waduh Penganten Laki-Laki Kecapean Mengikuti Prosesi Tarian Penganten
Jadi Harus Dibopong


Home Sweet Home

FOTO-FOTO SESI ROMANTIS

Tim Kersen
Bersantai di pinggir kolam
Cerita sambil curhat
Duet maut romantis (kompak bajunya)
"Kok suaranya sumbang ya...", kata Taufan dalam hati
FOTO-FOTO SESI PERSAHABATAN

Cilukba
Sesi Ibu-Ibu PKK Arisan dan Bergosip
With my partner in crime
Me and Rani
(walau masih muda...pemikiran Rani lebih dewasa dari umurnya...jadinya dia bisa menjadi Kakak yang baik)

FOTO-FOTO SESI RALLY FOTO KELOMPOK IDENIDE








Yuhuuu....sesi foto mana ya yang paling menarik???

Senin, 03 Juni 2013

Who is she?


She is my close friend
We work in the same place
The first time I met her, I didn't really like her
I thought that she was arrogant and talkative

One day, all changed when we worked under one division
I meet her every day
Then I know who she really is

Actually, she is a strong woman
Smart, hard worker, and has good personality
She also a good friend and a good listener
When I was sad, she always there to give me spirit
She teach me how to be strong, as strong as bamboo
From her I learn the way to face the world

Wienny Siska
She is my inspiration 
She is also my beloved sister
Thank God for know her in my life

Minggu, 02 Juni 2013

Wisata ke Pangandaran, Citumang, dan Batu Karas



Di tengah kesibukan, kami menyempatkan diri untuk mengisi hati dengan keceriaan sekaligus menyegarkan pikiran dengan cara berlibur. Namun, hanya beberapa orang yang memenuhi syarat dan ketentuan saja yang bisa ikut yaitu aku (Kharis), Wienny, Rani, dan Ajeng.

Dengan merental 1 Kijang Innova, kami berangkat tanggal 3 Mei 2013 pukul 22.00 menuju ke Pangandaran. Di mobil, kami bisa duduk dengan leluasa karena tempatnya sangat lenggang. Perjalanan malam ini ditempuh selama kurang lebih 6 jam. Menjelang subuh, kami memasuki pintu gerbang Pangandaran dengan membayar tarif masuk sebesar Rp 25.000. Kami tiba di penginapan "Saffari Inn" yang telah kami booking sebelumnya pukul 04.00. Untungnya penginapan ini tidak seperti hotel yang mempertimbangkan waktu check in dan check out sehingga kami bisa masuk langsung pada saat kami tiba di sana. Setibanya di penginapan, kami beristirahat sejenak sambil menunggu pagi tiba.Oya penginapannya terdiri atas 2 kamar mandi, 2 kamar tidur, dan 1 dapur dengan harga sewa Rp 400.000 (cukup murah).

HARI 1

Di depan penginapan

Jam 07.30 kami menuju Pantai Pangandaran Barat menikmati pemandangan sekaligus mencari sarapan pagi. Suasana pagi sudah dipenuhi oleh para pengunjung dan ada juga orang-orang yang menawarkan kami paket berkeliling Pangandaran dengan menggunakan perahu menuju Pasir Putih maupun Cagar Alam. Tetapi karena tujuan utama kami adalah ke Citumang maka tawaran tersebut kami tidak tanggapi. Setelah berfoto narsis di pantai, kami mencari sarapan dan pilihan jatuh kepada mie rebus dan teh hangat dengan harga yang cukup terjangkau.




Foto pagi di Pantai Pangandaran

Sarapan mie rebus


Pukul 09.30 kami menggunakan mobil langsung meluncur ke tujuan utama kami yaitu Citumang. Kami harus melalui jalan yang rusak menuju tempat tersebut. Sebagian besar warga di sekitar tempat ini merasa kecewa karena jalan mereka rusak akibat banyak dilalui oleh truk pengangkut pasir besi sehingga banyak ungkapan-ungkapan dalam bentuk tulisan di samping jalan yang bercerita tentang kekecewaan mereka tersebut.

Setelah melalui jalan yang rusak, kami sempat menikmati pemandangan alam yang indah berupa hamparan sawah yang membentang hijau. Lalu kami masuk ke pintu gerbang wisata Citumang yang awalnya dulu hanya dibuka khusus untuk wisatawan asing. Alasan kenapa dulu wisata tersebut hanya dibuka khusus untuk wisatawan asing karena rata-rata wisatawan domestik memiliki kesadaran menjaga kebersihan lingkungan yang masih kurang. Banyak yang membuang sampah sembarang padahal sudah disediakan tempat pembuangan sampah. Baru kali ini kami melihat guide kami yang begitu sadar menjaga kebersihan lingkungan. Saat melihat ada sampah di jalan, ia menyempatkan diri untuk mengambil sampah bekas kemasan makanan pengunjung ke tempat sampah. Setelah mendapat guide yang tepat yang bisa memandu kami untuk bisa menikmati keindahan Citumang dengan harga Rp 75.000/orang, kami pun menggenakan perlengkapan body rafting yang berupa life jacket. Setelah perlengkapan dipakai, kami menitipkan kamera kepada guide agar kami bisa mendokumentasikan kisah petualangan kami. Kebetulan kamera tersebut bukan kamera anti air namun guide kami menjamin bahwa ia bisa menjaganya dengan baik.

say "haiiiiiiiii..."

Untuk menuju lokasi body rafting, kami harus berjalan sekitar 10 menit. Selama perjalanan tersebut kami disuguhkan cerita tentang tempat tersebut beserta cerita tentang keunikan-keunikan tanaman yang ada di tempat tersebut. 

Berfose sebelum basah-basahan
Petualangan kami dimulai dengan dari menguji nyali untuk melompat dari ketinggian tebing. Untuk mencapai tebing yang tinggi tersebut, dibutuhkan ketangkasan untuk memanjat tebing dengan berpegangan pada akar-akar dan batang pohon di sekitar tebing. Pada saat tersebut ada tim lain yang juga terlihat sedang mengumpulkan keberanian untuk melompat. Aku, Wienny, dan Rani pun akhirnya memutuskan untuk mencoba tantangan yang satu ini. Aku sebenarnya takut sih membayangkan harus memanjat dan kemudian melompat dari ketinggian menuju ke sungai. Namun keinginan mencoba ternyata lebih besar daripada ketakutan tersebut sehingga akhirnya kami memotivasi kami untuk melompat. Lompatan pertama dilakukan dengan sukses dan sempurna oleh Wienny. Aku mendapat giliran di lompatan kedua, butuh waktu yang lebih lama dari Wienny untuk melompat karena aku masih dihantui rasa takut. Setelah mendapat masukan semangat oleh rekan-rekan yang lain, akhirnya aku melompat juga dan berhasil tiba di sungai dengan selamat. Lompatan ketiga adalah gilirannya Rani. Setelah aku ke pinggir sungai, Rani langsung melompat namun sayang pendaratan yang dilakukan oleh Rani kurang sempurna (dengan posisi duduk) sehingga ada bagian kakinya yang memar karena membentur air. Untungnya hal tersebut tidak menghambat Rani melanjutkan petualangan. Setelah tim kami melompat, banyak anggota tim lain yang termotivasi untuk ikut melompat.

"Melompat" momen yang paling menegangkan
Selanjutnya adalah berfoto di batu yang dikucuri air yang keluar dari staklagtit. Awalnya sih biasa-biasa saja namun ketika melihat secara langsung bentuk staklagtit ternyata bentuknya sangat menyeramkan menyerupai "Dementor" di film Harry Potter. Tapi ya sudahlah, kami mengabaikannya dan mencoba mengambil foto di tempat tersebut. Untuk naik dari air ke atas bebatuan, kami perlu memanjat tali dan bebatuan. Namun Ajeng ternyata tidak bisa melakukan hal tersebut sendiri sehingga kami bertiga terpaksa harus mengangkatnya ke atas bebatuan (berat banget euy si ajengnya bagai paus terkapar).

Proses penyelamatan paus terkapar

Hore...akhirnya aku bisa bangun juga
Note : Bagi teman-teman yang memiliki kepekaan terhadap dunia lain, lokasi sekitar Dementor adalah lokasi yang cukup rawan. Salah satu teman kami sempat ketempelan makhluk astral di sini sehingga setibanya di Bandung ia mengalami sakit seluruh badan padahal kami hanya mengalami sedikit pegal-pegal di badan. Menurut orang pintar, mereka yang tinggal di sini menyukai orang-orang yang memiliki kemampuan melihat makhluk astral.

Di bawah air terjun ini ada ruangan rahasia loh

Tantangan selanjutnya adalah kembali meloncat di air terjun yang kecil lalu perlahan-lahan melawan arus untuk bisa masuk ke dalam salah satu ruangan di dalam air terjun. Kami semua memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. Ajeng sebagai ade bungsu harus dibantu pemandu untuk bisa masuk ke dalam ruangan tersebut. Dalam ruangan tersebut, Rani mengalami keram kaki sehingga kami harus menunggu sejenak sebelum keluar menembus arus air terjun. Aku, Rani, Ajeng, dan Wienny secara bergiliran didorong oleh pemandu untuk bisa keluar menentang arus air terjun. Sempat tegang karena Ajeng adalah orang terakhir yang muncul ke permukaan setelah Wienny yang sebenarnya adalah orang terakhir yang keluar dari ruangan tersebut. Tapi untungnya setelah beberapa saat Ajeng muncul ke permukaan sehingga ketegangan kami beranjak turun.



Di tengah perjalanan, kami dikenalkan oleh guide kami sebuah buah unik yang bernama 'sampolin' yang ternyata sangat bermanfaat untuk menjaga kesuburan dan kesehatan rambut. Buah tersebut dari luar bentuknya seperti labu. Untuk mendapatkan isi dari buah tersebut, buah tersebut harus dipecahkan terlebih dahulu dengan cara membenturkannya ke bebatuan. Isi di dalamnya berlendir seperti markisa, lalu kami keramas menggunakan isi buah sampolin.Kami meminta sample sampolin untuk dihadiahkan untuk sahabat kami pecinta tanaman (kak Eet).

Keramas dengan buah sampolin
Setelah keramas ala tradisional, perjalanan dilanjutkan dengan melalui jalur sungai yang arusnya cukup tenang dengan kedalaman sekitar 20m. Perlu perjuangan untuk bisa sampai di tujuan. Kami harus aktif berenang karena kami tidak bisa mengandalkan arus air yang tenang. Kembali kami harus membantu Ade Ajeng untuk bisa berpindah dari satu tempat ke tempat berikutnya karena ia terlihat tidak berpindah sedikit pun meskipun ia sudah mencoba untuk berenang sekuat tenaga. Setelah Ajeng di urutan belakang bisa berkumpul dengan tim yang di depan di dekat tujuan akhir, kami membentuk  lingkaran sambil menyatukan tangan dan kaki. 

Membuat formasi lingkaran 

Setelah itu barulah kami menuju ke bagian akhir perjalanan kami di Citumang yaitu membiarkan tubuh kami bergerak menuju ke hilir melalui selokan kecil (wow rasanya damai sekali).
Damai banget bisa sambil tiduran

Yuhuu....petualangan sukses dan
berhasil menyelamatkan buah sampolin

Setelah selesai body rafting, guide kami yang baik hati mengajak kami melihat proses pembuatan wayang yang letaknya tidak jauh dari Citumang. Di sana, kami tidak sengaja bertemu dengan teman-teman baru yang bernama Petra dan Julius (wisatawan asing dari Jerman) yang ternyata sangat mengagumi wayang sebagai salah satu warisan budaya bangsa kita. Di tempat ini, wayang dibuat secara komersil jadi bagi orang yang paham dengan wayang, mungkin wayang di tempat ini sudah tergolong wayang yang telah mengalami moderenisasi karena bentuk wajahnya mirip dengan manusia saat ini.Setelah selesai mengenal proses pembuatan wayang dan setelah bertukar fb dengan Petra, kami pun menuju destinasi selanjutnya.


Bapak pengerajin wayang

Meet new friends
Dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk mencapai destinasi selanjutnya adalah Pantai Batu Karas. Sesampainya di pintu gerbang Pantai Batu Karas pukul 13.30, kami harus membayar tiket masuk Rp 35.000, lalu barulah kami langsung berpose ala gadis kalender (hehehe...aku aja kale). Setelah itu kami mengisi perut dengan makan siang di warung-warung terdekat sambil beristirahat sejenak. Suasana di pantai ini ramai dan banyak permainan olahraga air layaknya yang kami temui di Pantai Pangandaran. Kami memilih untuk menghabiskan senja di atas tebing sambil mendengarkan alunan musik ("kita pernah ada...di satu masa bersama...walau kini tak sama...jangan lupakan indahnya..."). 

Foto keluarga di Pantai Batu Karas

Mencoba menerbangkan syal (Rani yang paling semangat)

Menikmati senja dari atas tebing

Setelah menjelang sore, kami pun bergegas pulang ke penginapan.

Di perjalanan pulang kami membeli beberapa makanan ringan untuk makan malam karena kebetulan kami masih kenyang. Sesampainya di hotel, kami beristirahat untuk mempersiapkan diri naik odong-odong di malam hari. Ketika malam, di depan penginapan kami terdengar berbagai jenis lagu yang dilantunkan oleh odong-odong untuk menarik perhatian pengunjung, mulai dari lagu dangdut sampai lagu barat. Tapi sayangnya, kami akhirnya memutuskan untuk tidak naik odong-odong karena ternyata sudah lelah.

HARI 2

Sebelum check out

Setelah berkemas di pagi hari, kami kemudian check out dari penginapan menuju ke Pantai Pangandaran Timur untuk berbelanja dan mencicipi berbagai makanan sea food. Kebetulan Ade Ajeng mau mentraktir sehingga kami bisa makan sea food dengan sepuasnya.


Makan sea food ditraktir Ajeng
Setelah kenyang, kami menuju ke tujuan berikutnya yaitu Cagar Alam Pangandaran. Sesampainya di sana, kami ditawarkan oleh paket berkeliling oleh guide dengan harga sekitar Rp 150.000 karena kebetulan hari tersebut adalah hari libur. Oleh karena harganya kurang cocok dengan budget kami, lalu kami akhirnya memutuskan pulang ke Bandung. Mmmm...di tengah perjalanan pulang muncul ide untuk mengunjungi Toko Souvenir Arjuna (mirip Toko Krisna di Bali). Sesampainya di sana, ternyata barang-barang souvenir yang ditawarkan masih sangat sedikit jenisnya (mungkin karena baru aja berdiri kali ya...). Setelah puas berkeliling toko, Wienny memunculkan ide untuk mencoba makanan di Restauran Asep Strawberry yang berada di Garut. Restauran ini cukup unik dengan bertemakan desa. Makanan yang ditawarkan tentu saja adalah berbagai jenis makanan khas desa dan ada juga beberapa jenis makanan yang sedikit modern seperti mie rebus dengan harga yang cukup terjangkau. Di restauran ini, kita bisa puas berfoto ala gadis desa di pematang sawah, di dekat kincir air, dan di atas jembatan yang di bawahnya mengalir sebuah sungai. Ketika berada di tempat ini rasanya seperti berada di tanah kelahiran di Bali (damai dengan suara gemericik air sungai).






Menyantap makan sore di Restauran Asep Strawberry adalah akhir petualangan kami selama 2 hari berlibur. Kami pun tiba di Bandung pukul 18.00.

Terima kasih untuk teman-temanku Wienny, Rani dan Ade Ajeng. Perjalanan ini terasa menyenangkan dan penuh cerita karena kalian ada di dalamnya. Di tahun mendatang kita mau kemana lagi ya jalan-jalannya????? Yuks rencanakan dari sekarang  ^-^